Wednesday 8 November 2017

Resahlah, Pikiranmu Liar!

HOLA HALO OLAH LAHO?

Masih sehat?
Masih baik-baik saja?
Masih bahagia?
Atau sama kayak saya? Masih resah?

Kalau kamu bahagia, selamat. Lanjutkan.

Kalau kamu resah, marilah kemari. Saya pun juga resah.

Pernah tidak, kamu termenung, sendiri, cuma memandang langit-langit kamar, lalu akhirnya.. kamu menyingkup.

Entah.
Udah semacam putri malu aja...................
....tapi pas dipegang, jadi ya gitu deh.... cupu.

Dan disini, saya, sedang sering.

Saya, sedang rutin.

Rutin apa?

Rutin resah.

Alasannya?

Yahh. Mudah saja, saya mungkin yang kurang mendekat ke pencipta, kurang membaca pedoman hidup yang tertera secara gratis dan dapat diakses dengan mudahnya, kurangnya membuka mata pada dunia dan kenyataan, dan kurangnya keberanian untuk menghadapi kenyataan yang terjadi di dalam hidup.

____

Suatu hari, sekitar 8 bulan yang lalu, saat dirawat di rumah sakit, saya kedatangan sebuah malam dimana malam itu merupakan malam berharga buat saya. Saya bener-bener kayak kena setruman listrik, kena petir. Pikiran saya diombang-ambing entah sama siapa, mungkin diberi Tuhan kelancaran dalam ketersesatan berpikir saya kala itu.

Singkat saja (percayalah kalimat ini bohong, karena ini nggak sesingkat kelihatannya),

awalnya saya, kalau opname atau kalau mau tidur harus pegang boneka dinosaurus kesayangan saya yang namanya Tiranosaurus, panggilannya Tirano. Lumayan lucu dia, saya sayang sama dia. Oke, dari situlah saya akhirnya pantengin Tirano, dan saya mikir aja... kalau saya hidup di jaman purba, jadi sekecil apa ya saya? Orang saya aja yang sekarang hidup di era 2017 masih kecil, kok malah saya bandingkan diri saya sendiri kalau hidup di jaman purba. Pasti saya akan kecil,.......... sekali.

Dari situlah, saya tiba-tiba berpikir soal reinkarnasi.
Ada tidak ya reinkarnasi itu? Tapi, kalau memang ada, berarti kita semua adalah reinkarnasi dari sesuatu yang hidup beberapa tahun yang lalu, bukan begitu? Ah. Saya buyarkan itu.

Tapi, semua itu makin berlanjut ke pikiran tentang kematian. Kalau memang reinkarnasi ada, artinya saya mati.. lalu akan hidup lagi suatu hari nanti. Tapi, apakah akan begitu? Saya rasa juga tidak.

Saya kemudian meremas selimut saya sampai bisa terlipat seperti origami, saya dilanda pikiran gila lagi. Saya berpikir buat apa saya hidup kalau pada akhirnya saya juga akan mati? Sia-sia dong? Buang buang waktu dong?
Lalu,
Saya berpikir soal sebelum dan sesudah mati.

Kalau sebelum mati, saya belum bisa jadi orang baik,
lalu saat sesudah mati, saya ini apa?
Yang bisa saya tanggung jawabkan apa, agar saya bisa menikmati 'sesudah mati' saya?

Kemudian saya takut, kalau saya salah arah.
Saya takut kalau yang saya pegang sejauh ini ternyata salah kaprah.
Saya ragu paham yang saya anut ini paham yang tak bakal kelam.
Saya takut tenggelam.

Makin meliar,
Saya menangis.

Sontak saya teriak-teriak, panggil puluhan kali Ibu dan Bapak saya.

Oke, mereka panik =))

"Kamu kenapa?"
"Aku ini udah bener belum sih jadi orang! Aku ini siapa sih! Aku ini buat apa sih hidup!!! Aku sekarang di jalan yang bener apa enggak sih!!!!" Saya marah-marah, saya nggak terkontrol, saya termakan dan termaki sama pikiran saya, dan.... selimut saya sudah tidak karuan, air mata saya jatuh kemana-mana, basahlah sudah kasur itu.

________


Ya, itu awal mula saya dilanda keresahan ini.

Saya cuma coba ambil hikmahnya, setelah dilanda hal begitu, saya mendekat...... ke Tuhan saya. Saya baca, dan pahami sedikit demi sedikit kitab saya. Saya kemudian tenang, dan sangat bisa mengambil hikmah dari kejadian 8 bulan lalu itu, bahwa sebenarnya, maksud Tuhan saya ini baik. Beliau beri saya kekuatan untuk mau mendekat, mau mengenal, bahkan punya kemauan untuk memahami apa yang selama ini saya ragukan.

Tapi,

Ternyata keresahan itu nggak berakhir disitu.

Suatu ketika, saya cuma ngobrol-ngobrol biasa dengan teman saya. Entah kenapa, topik saya jadi terarah ke keresahan saya. Saya ngobrol tentang naga, dan membayangkan naga itu ada di angkasa yang saya pandang kala itu. Gila kan? Sangat gila pasti.

Saya akhirnya ngobrol soal naga dulu ada tidak ya, kalau iya darimana datangnya manusia? Atau naga cuma sebatas dongeng belaka? Lantas, dinosaurus pun begitu? Cuma dongeng belaka yang dimuat dalam kartun dan tancapan animasi di otak tiap insan? Akhirnya, saya ingat lagi sama Tirano kesayangan. Bodohnya, hanya berpikir soal naga saja saya pun takut, karena ingat lagi soal reinkarnasi, dan saya bahkan tanya ke Guru saya, "Bu? Dulu ada naga tidak ya? Berarti kita ini adalah bentuk reinkarnasi dari naga-naga itu ya?"

Iya, oke.
Saya tahu, saya bego.

______

Suatu ketika lagi, saya dilanda resah lagi, hanya karena bicara dengan teman soal awan yang ada diatas kami. Kami cuma iseng bercakap-cakap, "Kita ini siapa ya kalau dibandingkan sama yang diatas sana? Hahahaha.."
Kalimat sederhana, yang bikin pikiran saya malah serasa dilanda bencana.
Lalu akhirnya saya bercerita tentang keresahan saya, dan percakapan berlangsung lebih mengerikan dari dugaan saya.

"Coba kamu lihat peta dunia, atau gambar galaksi bimasakti."
"Hm?"
"Bayangkan, kamu ini segini, lalu dilihat dari atas, kamu sekecil apa, dan coba lihat... bumi ini sekecil apa di urutan planet di Galaksi Bimasakti? Kita ini nggak ada apa-apanya, kita cuma pasir, kita cuma debu. Bayangin, gimana kalau nanti kiamat, kita bakal jadi apa? Laron beterbangan!"
"..."

GILA SUDAH SAYA.

Makin hari ke hari, saya tetap saja dilanda keresahan. Terus, teruuuus, dan susah untuk saya kontrol.

Bahkan, karena keresahan ini, saya sampai diberi instruksi buat periksa, karena ini itu penyakit. Jangan ke dokter, ke pskiater saja.

Saya nggak bisa menerima saran itu.
Saya nggak bisa semudah itu menganggap resah dalam diri adalah sebuah penyakit yang menyerang.
Baiklah, memang itu sebuah hal yang tidak bagus untuk kita konsumsi tiap hari, tetapi..... kalau saya boleh jujur tentang maksud ini semua, saya akan jujur.
Jadi,


gejala-gejala ini datang tiap hari. Tiap hari, tiap jam, tiap menit, tiap detik, pokoknya tiap waktu, kamu akan melihat segala gejala yang disampaikan semesta pada kita. Saya merasa, semesta ini selalu menyampaikan kepada kita apapun, dari manapun, bahkan dari sebuah pohon atau sekedar udara yang tak nampak. Saya merasa, semesta bicara tiap hari, menyampaikan pesan tiap hari kepada makhluk hidupnya, kepada alamnya. Tuhan menyampaikan pesan melalui semesta, dan jujur.. pesan itu sungguh berarti.


Kalau kamu juga seresah saya, 
selamat.

Kamu beruntung.

Ayolah kita ambil positifnya.

Gejala keresahan yang kamu terima tiap hari, itu punya pesan. Jangan kamu hilangkan pikiran liar kamu, jangan kamu hilangkan keresahan kamu.
Karena, resah membuatmu bisa menafsirkan, kenapa kamu hidup.
Resah membuatmu bisa sadar, bahwa memang kamu tidak bisa hidup selamanya.
Coba pikir, dari sekedar resah, kamu sadar bahwa hidup memang cuma sekedar mampir minum, dan dari situ kamu pasti bisa lebih sadar... bahwa, jangan buang-buang waktumu.
Jangan lupa membuat hal menjadi lebih berarti & berharga, dan tidak menyia-nyiakan hal.
Dari resah, kamu jadi sungkan sama dunia, sama semesta, sama makhluk di dalamnya.........
......

Sekarang, mari kita benar-benar merenung.

Untuk apa sih, kita semua hidup kalau akhirnya nanti juga mati?
Untuk apa sih, ada baik/jahat kalau pada akhirnya nanti semua juga mencicipi neraka?
Untuk apa eksistensi?

Mungkin pernah terlintas di pikiranmu seperti itu, yang mudah sekali kamu hempaskan, kamu buang jauh-jauh sesukamu.
Mungkin pernah terlintas di hatimu kesadaran mati itu datang tiba-tiba, dan mati itu awal dari semuanya, tapi tidak kamu pedulikan, dan kamu memilih untuk acuh tak acuh terhadap hal ini dan memilih "Ah, sekarang ya sekarang, lets just live in the moment."

Guys, no.

Its a gift.

Resah adalah ha...di...ah.
Resah adalah berkah!

Kalau kamu resah, artinya pikiranmu bisa cukup liar untuk menelaah maksud semesta.
Kalau kamu resah, artinya kamu diberi berkah untuk sadar bahwa hidup tidak sesederhana yang kamu pikirkan.

Kamu pikir kamu apa,

Lahir, hidup, menikmati masa muda, bekerja, menikah, bekerja lagi, menjadi tua, dan mati?

Iya. Dulunya saya juga berpikir begitu, sesederhana itu.

Tetapi, semesta bilang, saya salah kaprah mengartikannya.

Entah.
Saya tetap resah.

_____


Mungkin, post saya kali ini rada freak.
Tapi, memang.
Post ini freak karena yang menulisnya pun sama freaknya.

Tolong kamu maklumi cerita pikiran resah saya, yang sebenarnya ingin saya sarankan kepada kamu semua bahwa jangan pernah buang pikiran resah yang kamu dapat.

Itu..
Pesan.

Resahlah.

Berlututlah.

Bersujudlah.








....
.
....
..
..
....
...
..



Jangan ke pskiater.

trite

i alw ays won der are The Smiths re ally be honest , for the h e avenly fe e li n gs o f de ad by yo u r sid e. bec ause by on ly seeing ...