Sunday 30 April 2017

Pelangi di Mendung ; Jadi Dunia. Untuk Dunia.

"At least, be the rainbow in someone's cloud."
-------------------------------------------------------------------------------------

Halo, kawan!
Setelah sebulan gue nggak mengunjungi blog ini, gue menyesal. Hehe.
Padahal, dalam sejarah hidup gue, setiap tahunnya tuh, bulan yang paling lama terlewati adalah Maret ke April, dan April ke Mei. Kenapa? Karena terlalu banyak peristiwa, memori yang terjadi disana. Gimana ya? Ah, pokoknya.. Maret dan April adalah dua hal yang keren dalam hidup gue. Selalu saja mereka terasa lebih lama dari bulan-bulan lainnya, dan kejadian di dalam bulan itu, selalu mengejutkan tiap tahunnya. Gue menghitungnya dari tahun 2012. Artinya, udah 5 tahun an gue ngerasain secara sadar betapa menakjubkannya Maret dan April dalam hidup gue. Hehehe.
Eh, lah.
Disini gue nggak bakal ngomongin Maret dan April dalam hidup gue ataupun sebaliknya, hal itu terlalu sukar untuk diobrak-abrik rasanya.
-
Jadi, gue bakal menceritakan salah satu hal keren yang terjadi di April gue di 2017 ini.
Judulnya, anggap saja 'Pelangi di Mendung'.
Hari kejadiannya, 23 April 2017.
Waktu kejadiannya, pukul 9 pagi.
Tempat kejadiannya, di daerah yang dipandang sebelah mata di kota gue Mojokerto, yaitu Balongcangkring.
Pelaku kejadiannya, Pelangi dan Mendung. Oh! Sama sinar matahari yang ikut campur tapi nggak mengganggu dan malah membantu.
-
Udah dari kelas 7 gue tahu kalau daerah bernama 'Balongcangkring' atau yang kerap disingkat 'BC' ini disebut-sebut sebagai tempat yang 'nggak pantas' atau 'nggak baik' gitu deh pokoknya.
Alasan utama penduduk ngomong begini adalah, daerah ini seringkali jadi tempat prostitusi, seperti halnya dolly di Surabaya.
Tapi, namanya hal baik selalu ada buruknya, begitupun sebaliknya.. mungkin?
-
22 April.
Iya.
Hari Bumi.
Dan gue diajak untuk memperingati hari tersebut bersama guru bahasa Inggris gue tercinta yang pemikirannya sangat brilian sekali, Bu Lies. Gak cuma gue yang diajak, tapi beberapa teman, dan kakak kelas gue juga yang mau-masih-mampu peduli.
"Kita ngapain di Hari Bumi ini?"
"Di kawasan itu, anak kecilnya kayaknya perlu dikasih edukasi lebih, deh. Kita ajarin mereka, dan karena ini dalam rangka memeringati Hari Bumi, kita harus ajarkan hal yang berkaitan dengan bumi. Nggak jauh-jauh deh, sampah bisa."
"Menarik. Tapi kawasan itu kan katanya bahaya."
"Nggak ada salahnya kita mencoba. Kalau buruk dibiarkan dan tidak dipedulikan, selamanya itu akan jadi buruk. Tapi kalau yang baik mau ikut campur sedikit ke yang buruk, niscaya buruknya perlahan juga mau jadi baik."
Dan akhirnya setelah kita pikir-pikir lagi, kalau kita mau suatu perubahan, kita harus berani bergerak. Jadi...
Berangkatlah kita.
-
Gue rela bangun pagi-pagi hari itu, lalu menjemput temen gue (yang sebenarnya dia kakak kelas gue) yang pemikirannya ada chemistry banget sama gue, hehehe. Namanya Sarah, dia hebat banget.
Kita ngobrol sans aja waktu perjalanan ke tempat, sambil berangan-angan nanti gimana ya jadinya, sukses nggak sih acaranya, garing nggak ya?
Pokoknya gitu deh.
Udah jadi mimpi kita berdua buat bisa terjun ke anak-anak kecil yang perlu banget dikasih edukasi.
Udah lama kita pengen jadi guru ke anak-anak yang perlu diajarin sesuatu.
Makanya kita semangat banget buat ikut acara ini, karena itu tadi.
Siapa sih, yang nggak pengen jadi inspirasi buat seseorang?
Hehe. Semua pengen jadi inspirasi, toh.
-
"Masuk gang ini deh kayaknya."
Gue dan Sarah pun masuk ke sebuah gang yang dirasa hina sama orang-orang sekitar. Ada orang bertato yang ngelihatin kita, tapi kita senyumin aja. Toh, gak semua orang bertato itu berjiwa pembunuh. I don't do that dumb thing ; judging people by their cover.
Gue menuju ke lokasi, dan.... sepi -_-
Ahhhh sepiii cuy.
Gue kira gue udah terlambat, gue udah buru-buru dan ternyataaaa... sepi.
Bahkan, gue nggak lihat seorang anak kecil pun disana.
"Kayaknya bakal sepi deh." kata kita, pesimis.
Akhirnya, kita duduk di kursi di depan rumah di daerah situ. Gue dan Sarah ngelakuin hal yang jadi rutinitas semua orang banget, yaitu..... tidak lain dan tidak bukan, update story di instagram. Cuy! Fun fact, we all do that thing huehehe :v *no offense*
Biar seru, gue sengaja nambahin location di story gue.
Lalu, responnya. Minus.
"Lah ngapain kesitu Nad?"
"Ih jorok banget lu."
"Yah, porno."
"Nganggur bgt."
"Deket rumah gue!"
"Eh?"
And stuff.
Terus gue ngakak aja, abis gue sendiri juga heran ngapain yak gue kesini gitu. Apa kata orang-orang lihat story gue updatenya ke BC :3
Tapi......
...
YAKALIK PROSTITUSI PAGI-PAGI? Gila!
-
Pas gue sama Sarah ngobrol dengan topik 'ngajarin anak kecil', kita ngobrolin juga soal film 'Stip & Pensil' (fyi yang belum nonton, buruan deh, lucu tapi tersirat makna mahadalamnya), ada 3 anak kecil lagi naik sepeda kayuh mereka masing-masing. Yang satu ngedeketin kita. Dan,
"Halo, Kak!"
Kemudian gue dan Sarah nengok, sambil kagok.
Gila!
Gue kira mereka nggak bakal ramah gitu, dan bakal nggak ngehargain kita. Ternyata, pemikiran gue rendah banget, gue sebodoh itu mikir mereka super nggak tahu etika, ternyata... mereka tahu etika banget men.
Itu first impression sih, soalnya... ini Mojokerto cuy. Fyi, kita biasa manggil 'Mas' atau 'Mbak'. Tapi, dia... 'Kak'. Big applause sih ini :v
Terus kita yang kayak, "Eh, iya! Halo, dek!"
"Udah lama kak ndak les. Ketiduran terus!"
Buset cuy -_- Dia masih kecil, dan tahu gimana cara membuat kesan pertama dalam sebuah dialog. Mampus lu para pencari cinta yang sedang pdkt ke cewenya sambil malu-malu, dikalahin sama anak SD tuh.
-
Gak lama, Bu Lies datang bersama rombongan. Membawa pohon, yang siap ditanam disitu. Temen-temen gue pun juga datang.
Tempat acaranya berlokasi di SD Mentikan 6, dan kita pun bersih-bersih dulu sebelum acara dimulai.
Seraya kita membersihkan lokasi, beberapa anak kecil datang meramaikan lokasi. Gue rasa, itu mereka yang siap mengikuti acara ini.
-
Acaranya mulai.
Berlangsung........ garing awalnya.
Mereka datang pakai baju bebas, tasnya juga seadanya. Rambutnya merah, keseringan kena sinar matahari. Kulitnya hampir cokelat tua, keseringan keluar rumah.... kerja. Bajunya beberapa lusuh, keseringan hidup di lingkungan kotor. Tapi, semangatnya cerah, hampir ngalahin terik matahari saat itu.
-
Acaranya mulai seru waktu kita nanam pohon di tempat itu.
Ada 3 anak yang super semangat banget. 1 namanya Puguh, rambutnya naik semua, udah kayak vokalis band punk. 1 namanya Rindy, cantik dan lembut banget. 1 lagi namanya Renvil, yang berhasil nyuri hati gue dari awal karena dia yang nyapa gue dan Sarah tadi sebelum acara mulai.
Saat pohon ditanam, Rindy dan Puguh semangat banget buat garuk-garuk tanahnya, sedang Renvil semangat banget buat cari air biar pohonnya bisa disiram untuk pertama kalinya (fyi, tempat dia ngambil air ternyata cukup jauh).
Selanjutnya, keseruan meningkat saat kita bagiin alat tulis buat mereka.
Gue bisa lihat, mereka excited banget buat dapat alat tulis. Sementara gue, alat tulis aja sering banget hilang di kelas entah kemana. Ah, kecil tapi menyentuh ya.

-

Kita kemudian ngajak mereka untuk berpendapat tentang pengalaman barusan yaitu menanam pohon menurut mereka. Yang berani maju ke depan bakal dapat hadiah.
Mereka semangat banget setelah lihat hadiah yang bakal kita kasih kalau mereka berani maju ke depan. Ada kotak pensil, buku gambar, pensil warna, notes. Dan mata mereka berbintang-bintang memandangi hadiah itu sambil sibuk mengangkat tangan biar ditunjuk dan segera dapet hadiah. Dari sini gue sadar, kenapa orang-orang nggak mau baik ke orang lain, karena takut nggak dapet apa-apa. Padahal, kalau mereka tahu imbalannya, mereka pasti mau banget buat baik ke orang lain. Hehe.
-
Gue kemudian menyuruh mereka untuk menggambar sebuah pohon di kertas dengan alat tulis yang udah dibagi ke mereka.
Lucu.
"Pohon itu gimanaaa kaak?"
"Kaaaak aku nggak bisa gambaaar!"
"Kaaaak aku belum dapat bolpeeen!"
"Kaaak aku ndak bisa nulis!"
Akhirnya, gue gambarin sebuah pohon yang simple banget supaya mereka bisa ngikutin.
Dan mereka, excited banget. Padahal gambaran gue, yaaahh.. bisa banget lo samain sama gambaran anak TK.
Mereka tertarik banget setelah gue tunjukin gambar pohon itu tadi, dan akhirnya mau ngegambar pohon itu.
Ada yang bener-bener nggak niat banget buat ngegambar, tapi ada yang niat banget sampe-sampe dia tiduran demi dapat posisi yang enak buat ngegambar.
Bu Lies datang, "Jangan lupa mereka kamu kasih slogan tentang lingkungan. Terserah."
Dan akhirnya, setelah mereka selesai gambar, gue minta mereka menulis slogan yang spontan dibikin sama kita.
"Aku sayang bumi. Pohon itu sahabatku. Aku tidak mau sahabatku sedih. Aku berjanji akan menyiraminya." 
Slogan.....super..........ridiculous =))
Ada dari mereka yang nggak tertarik buat nulis itu karena mereka nggak tahu cara nulis, ada yang ngikutin slogan itu dengan cermat setiap gue selesai ngomong slogan itu, ada yang sibuk ngehafalin slogan itu.
Butuh waktu sekitar 10 menitan untuk menunggu mereka semua bisa nyelesain tulisan itu, karena mereka nggak datang dari kelas yang sepantaran. Ada yang udah kelas 1 SMP, 6 SD, ada pula yang masih kelas 2 SD dan bahkan TK 0 kecil.
Seusai itu, mereka gue minta untuk ngebaca slogan itu dengan lantang.
Ada yang ogah-ogahan, tapi ada yang semangaaaatt dan lantaaang banget ngucapinnya sesuai permintaan gue.
Gue nggak lupa bilang, "Adek-adek, ini jangan dibuang. Sampe rumah ditempel di kamar ya?"
Beberapa bilang iya, beberapa bilang sebaliknya.
"Oke, selanjutnya kita bakal nonton video animasi tentang sampah. Ayo, kita kesana."
Mereka pun semangat, karena kayaknya mereka udah bosen sama cakap-cakap gue. Tapi, kertas yang isinya slogan itu nggak mereka hiraukan. Ada yang dibuang begitu aja.
Ya gue kecewa dong ya. -_-
Tapi, gue kemudian melihat Renvil, dan dia ngelipat kertas itu, dimasukin ke tasnya sambil nengok ke gue dan bilang, "Ini nanti buat adek!"
HOLYCRAP! Renvil, you do it nice :')
-
Seusai mereka nonton video, mereka disuguhkan penampilan akustik.
Lagu pertama yang dibawakan, Jangan Menyerah - D'Masiv.
Dan guys, its happening.
Gue seolah sedang berada di suatu reality show mengenai kehidupan sekitar yang biasanya ada di tipi-tipi, but this is real =')))

Hampir nangis gue.
Tapi, ada yang paling bikin gue nangis.




Waktu mereka nyanyi..... Tanah Air.

-
Sepulang dari itu, gue bersyukur banget.... nget... nget.
Karena ternyata, dengan cara apapun, dan hal apapun, lo sebenernya bisa merubah dunia seseorang.
Gue belajar dari 3 anak yang gue pandang di acara itu, Puguh, Renvil dan Rindy. Mereka yang paling excited buat ngejawab pertanyaan, mereka yang paling punya semangat diantara yang lainnya, mereka yang paling punya mimpi untuk masa depan mereka.
Gue sadar saat lihat senyumannya Rindy, mimpinya besar, tapi dia berada di lingkungan yang kecil. Tapi, gue yakin Rindy bisa ngeraih mimpi besarnya itu. Dia bakal jadi besar. Senyumannya tulus banget, bahkan gue nggak tahan kalau liat dia senyum, abis senyumnya penuh arti, penuh makna, penuh perasaan.

Gue sadar saat lihat mata Renvil, dia punya hati yang baik dan tulus, tapi dia dikelilingi sama orang-orang yang mau ngasih pengaruh buruk buat dia. Tapi, gue yakin dia bisa nahan diri biar bisa baik, karena sebenernya, nggak ada orang yang nggak mau berubah di dunia ini. Gue yakin Renvil bisa merubah jalannya menuju mimpinya biar bisa lebih dekat.
Gue sadar saat lihat semangat Puguh, yang walau penampilannya dinilai jelek, tapi dia brilian. Dia nggak seperti penampilannya. Dia cemerlang, punya akal banyak, punya tekad besar buat sesuatu yang besar pula. Gue yakin Puguh bisa jadi pemimpin yang baik kelak, walau dia direndahkan karena penampilannya. Gue sangat yakin, Puguh bisa membuktikan kalau penampilan nggak menentukan gimana akhlak seseorang!

Gue nggak henti-hentinya bersyukur, walau cuma 3 jam, kita bisa kasih pelangi buat mereka yang ‘merasa mendung’.
Gue nggak peduli soal mereka yang nggak peduli soal gue juga. Gue peduli soal mereka yang bener-bener nganggep kehadiran kita berarti hari itu.
Karena sebenernya, kita bisa kok, menciptakan generasi yang baik kalau kita mau bergerak.
Kita ini calon penerus bangsa.
Oh, bukan.
Kita ini sudah jadi generasi penerus bangsa, yang nantinya bakal ngebawa negeri ini mau kemana. Kalau kita mau suatu perubahan, kita bisa. Dengan bergerak, kita bisa. Dengan melangkah walau hanya selangkah, kita bisa maju.
Dari hal kecil, kita bisa buat sesuatu itu jadi besar.
Dari hal yang besar, kita bisa memaknai suatu hal yang kecil.
Gue yakin, kita bisa jadi dunia dengan hanya hadir.... dan memperkenalkan dunia ke seseorang.
Gue yakin, kita bisa jadi dunia dengan hanya memberi tahu, bahwa dunia itu luas.
Gue yakin, kita bisa jadi dunia dengan hanya ikut campur ke suatu hal yang sesungguhnya berpengaruh buat dunia.
DAN GUE SANGAT YAKIN,

KITA BISA JADI DUNIA DENGAN HANYA MEMBUKA MATA BAHWA DUNIA INI DARI KITA, DAN UNTUK KITA.
Semangat!

trite

i alw ays won der are The Smiths re ally be honest , for the h e avenly fe e li n gs o f de ad by yo u r sid e. bec ause by on ly seeing ...