Monday, 1 May 2017

Thoughts #2 : Kita Semua Kena Label, Ya?

"These labels that will forever blind us from seeing a person for they are. But instead seeing them through the judgemental, prejudicial, artifical filters of who we THINK they are." - Prince Ea, I Am NOT BLACK, You Are NOT WHITE. 
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Ciao, teman-teman!
Dari kata-kata diatas, jelas lo udah tahu kan disini gue mau ngomongin apa?
Yep.
1 words, content with 5 alphabets : L-A-B-E-L.

Kenapa?

Simple.

Selain karena gue yang kena labelling, tapi ternyata gue sadar sebenernya kita semua tuh kena labelling :3

-

Di SMA ini, gue ambil jurusan IPS, which means gue punya mata pelajaran Sosiologi.
Dan gue udah belajar mengenai materi 'teori penyimpangan sosial', yang ada 'teori labelling' di dalamnya. Teori Labelling itu teori penyimpangan sosial yang penyebabnya adalah karena pelakunya melakukan 'labelisasi' kepada korban.

Contoh kasus paling simple yang terjadi saat ini :
Anak IPA vs Anak IPS.
Selalu saja mayoritas orang menganggap remeh anak IPS. Alasannya simple, karena anak IPS itu nakal, suka ngebantah aturan, seragamnya gak rapih, tasnya enteng, bukunya suka ketinggalan, and stuff.
Sedangkan anak IPA selalu dipandang rajin banget, soalnya apa-apa rapih, mereka rajin, patuh aturan, buku di dalam tasnya lengkap, and stuff.
BRO, buat yang IPS, kita senasib.
Dan BRO, buat yang IPA, no offense ya, I'M TELLING THE TRUTH HAPPENS IN OUR SOCIETY.
Ya gitu, itulah namanya Labelling.

-

Dan selanjutnya gue mau cerita sedikit nih soal kasus gue kenapa gue bisa memanggil diri gue sebagai 'korban labelling', sampe-sampe gue curhat di bio instagram gue kalau gue di label sebagai sampah, wuekekek. :3
Tapi singkat aja dan nggak mendetail ya.
Jadi.. suatu hari tuh, gue melakukan kesalahan, yaitu bicara kotor dengan lantang karena emosi. Huehee, bodohnya, hal ini ketahuan sama senior. Akhirnya, gue disidang karena hal itu.
Seusai kejadian yang... kalau gue boleh jujur, bikin mental gue down itu, gue kalo di kelas diem mulu, enggak pernah aneh-aneh. Hampir seminggu gue diem di kelas dan nggak pernah aktif di kelas. Nih ya, gue orangnya kan bawel, jadi suka nimbrung apapun pokoknya, tapi setelah kejadian itu, mental gue jatuh.
Tapi, selama seminggu, gue sadar emang gue salah karena udah ngelakuin hal itu. Tapi, selama seminggu juga, gue nggak bisa berhenti mikir, kenapa gue yang di label sebagai sampah dari sekian banyak sampah yang baunya disemprot sama parfum? Hm.
Yang ngomong kotor satu sekolah juga nggak gue doang, dari beratus atau bahkan seribu siswa, yang ngomong kotor juga 90%, tapi gue yang dianggap paling sampah. Lucunya disitu! :3

Gue direndahin saat itu.
Ibarat film 'Dear Nathan' nih, gue pemainnya.......................tapi sebagai Nathan, yang dilihat sebagai sampah sama orang-orang :v
Gue dianggep nggak bisa apa-apa saat itu.
Gue dianggep orang yang paling hina sama orang-orang yang 'belum kenal gue' dan 'langsung menilai' gue karena kasus itu.
Gue jatuh, asli. Jatuh dan susah buat bangkit. Gue keluar dari sebuah program, gue nggak ada mood buat belajar, gue bener-bener males banget buat ketemu orang-orang yang melihat gue serendah itu, mencibir gue sekejam itu, dan melihat gue sebagai...... sampah, bukan manusia.
Ciailah, Nathan banget gua. Hiks.
Tapi..
Suatu ketika, gue diberi pencerahan sama orang tua gue yang memaklumi kejadian itu.
Intinya, "Kalo lo jatuh, lo bangkit. Buktiin kalo omongan mereka tentang lo salah. Kalo lo diem dan gak bergerak, artinya apa yang mereka nilai tentang lo itu bener. Bangkit, tunjukkin kalo mereka salah."
Akhirnya, gue bangkit, makin semangat ngejar apa yang gue rasa gue bisa, makin semangat buat ngelakuin hal tanpa mikir omongan orang lain yang mau menjatuhkan gue, makin semangat buat ngebuktiin kalo gue bukan sampah.

-

Ternyata nih cuy, tetep aja.

Apapun yang gue lakuin, bener dan salah, gue tetep dinilai sampah. Gue belajar, dibilang sok rajin dan cari muka. Gue dapet nilai bagus, dikira nyontek. Pelan-pelan berhenti ngomong kotor, gue dibilang berubah. Jadi pendiem, gue dibilang nggak bisa jadi diri sendiri. Murah senyum dan ramah, gue dibilang sok cantik dan genit. Temenan sama cewek, gue dibilang ngejauhin temen-temen cowok gue. (fyi, gue gak rasis sama gender. as long as they could be a true friends who stabs me in the front, then they'll be). Dan yang terakhir nih, ngakak gue. Gue temenan sama cowok, gue dibilang gak bisa jaga diri.

HAHAHA, ya gue ketawa dong? Ternyata, bukan gue yang serendah itu, tapi orang-orang yang ngerendahin gue lah yang sebenernya rendah. Kenapa? Lah mereka aja enggak bisa ngelihat hal bener dan salah. Karena kesalahan gue yang dulu aja, gue nggak bisa dilihat baik ke depannya. Terus gimana? Gue disuruh jadi Maha Benar? Ya gila lah, Nabi Adam aja tetep makan buah khuldi walau udah diingetin jangan. Heran aja sih, Allah aja bisa maafin kesalahin umatnya, kenapa umatnya susah banget buat maafin saudaranya. :(

Bener sih, karena nila setitik, rusak susu sebelangga. Tapi, masih mending gue sebagai susu kena nila, warnanya pudar tapi nggak berbalik. Daripada kena tinta? Rusak lah gua sebagai susu!
Akhirnya gue sadar, ternyata tetep aja, apapun yang gue lakuin mau baik mau buruk, gue tetep aja buruk di mata mereka karena label yang diciptakan dari satu kesalahan gue.

Oke deh. Sans aja.
Orang-orang yang tahu gue juga bakal ngerti kok kalo semua manusia juga bikin salah, dan sebagai manusia yang baik adalah memaklumi kesalahan. Mau sehina apa mereka berkata tentang gue, yang tahu faktanya juga gue sendiri. Percuma buang-buang waktu buat bikin mereka percaya, cause people will always believe in themself. Kalau themself nya udah bilang gue buruk, yaudah.. yourself gue aja deh yang bilang gue baik. HEHEHE.

-

Berkaca dari kejadian gue sebagai korban labelling karena 'gue ngomong kotor', gue akhirnya bisa ngasih saran ke temen-temen gue yang lagi kena masalah serupa, yaitu direndahkan.
Tapi ternyata, beberapa temen gue kasusnya juga lucu. Mereka nggak cuma direndahkan, tapi di label juga.
Ceritanya macem-macem.
Ada yang dianggep cewek nggak baik karena intonasi ngomongnya.
Ada yang dianggep cewek murahan karena temenannya sama cowok :')
Ada yang dianggep bego karena nggak bisa jawab 1 soal di kelas.
Ada yang dianggep anak gak diurus karena dibolehin pulang malem sama Ibunya.
Ada yang dianggep gak cantik karena kulitnya hitam.
Ada yang dianggep miskin karena makannya di pinggir jalan.

DAN MASIH BANYAK LAGI HAL KONYOL LAIN YANG DILAKUKAN OLEH SOCIETY.
Heran gue sama Society Nowadays yang mengutamakan label. Nih, suka suka lo deh mau kasih nilai diri kita gimana. Tapi, masalahnya lo nggak cuma buat nilai. Tapi lo juga ngebikin label. Dan big problemsnya, label yang lo buat ini terlalu semena-mena. Lo bahkan langsung menjudge orang pada pandangan pertama. Ya kali masih mending cinta pada pandangan pertama, ini judge pada pandangan pertama. Beda kasus cuy.

-

Okay then.
LET'S GET ONE THING STRAIGHT. LET ME TELL YOU US.

Kita lahir.
Kita damai.
Tahu kenapa? Karena, tidak ada satupun bayi yang melihat bayi lain sebagai 'hitam', 'sampah', 'cewek murahan', 'kampungan'.
Bayi melihat bayi lain, sama. Sama-sama punya mata, hidung, mulut, telinga, dan hati. Sayangnya, makin gede, makin kita tahu ternyata kita ini dipasangi label.
Siapa yang memasang label? Kita sendiri!
Coba lo lihat diri lo sendiri. Sudahkah lo berhenti memasang label pada seseorang?
Gue yakin, tiap lo ketemu sama seseorang baru, lo akan lihat minus dari orang itu dan langsung melabel orang itu. Contoh.. lo ketemu sama orang yang pake sepatu KW, dan lo langsung memberi label, 'Orang miskin. Beli sepatu ori aja gak bisa.' Hehe.

-

Yuk gue kasih analogi sederhana lagi, yang entah nyambung atau enggak. Wkwk :v
Judulnya, Genre Musik.
Ada 8 orang nih dalam suatu tempat. 7 orang berdiri tegak pada genre mereka masing-masing. Orang pertama suka dengerin Nirvana, sama Pearl Jam. Orang kedua suka dengerin musik adem dari band lokal Indie semacam Payung Teduh. Orang ketiga suka banget tenang kalo udah denger simfoni nya Beethoven, Mozart, JS Bach. Keempat, suka banget sama saxophonenya Dave Koz, dan rajin banget dengerin musik Jazz. Kelima, dia suka banget sama Bring Me The Horizon, atau mungkin Suicide Silence yang tetep abadi di hatinya. Orang keenam, demen banget joget kalo lagu Yellow Claw, Jack U udah muter. Orang ketujuh, hobinya nonton konser New Palapa, dan lagi pake kaos gambar Ayu Ting-Ting. Mereka gak lama tengkar, memperebutkan genre terbaik.
Kemudian datanglah orang ke 8, lagi pake kaos Nirvana, terus tatonya sebanyak Young Lex Eminem, lagi ngebawa bukunya Fiersa Besari sama sebuah saxophone beserta partitur musik, pake snapback Yellow Claw, headphonenya terpasang rapih di telinga. Dan pas dia ngeluarin handphone, casenya bergambar logo BMTH, tapi waktu dibalik, lagu yang dia puter, 'Resah - Payung Teduh'.
Dia melepas headphonenya, bilang.. "Ini ngapain sih pada ribut?"
"Genre terbaik pokoknya Grunge!"
"Gila lo! Dangdut lah!"
"Ah, apaan sih cupu banget, ya Klasik lah."
"Jazz as always lah, apaan klasik bikin ngantuk."
"Itu tuh, folk yang cupu!"
"Ya mas Alex sang juara lah!"
"Genre tuh yang bikin semangat gitu lah, Metalcore gitu, lho."
Dan si dia cuman bilang, "Tujuan kalian memperebutkan genre biar apa?"
"..."
"Why so segmented? Musisi datang untuk musik."
"..."
"Kalian nggak suka, ya just leave it. Jangan nilai apa yang lo nggak suka itu buruk. Lo nggak bisa seenaknya menghakimi suatu genre."
"..."
"Jadi? Kalian disini untuk?"
"Musik."
..
Oke ceritanya selesai.
Nggg gimana yah.

Mereka mendengar, tujuannya untuk satu : Musik.
Kita hidup, tujuannya untuk satu : Damai.
Terus, gimana bisa lahir perdamaian kalau konflik selalu timbul hanya karena 'label' yang kita buat sendiri?
Nggak bisa seseorang menilai Jazz itu buruk, kalau yang mereka dengerin tiap hari itu Deathcore Electronica.

-

Buat kita yang masih sering ngasih label, semangat.
Nggak bisa seseorang menilai orang lain itu salah, kalau yang mereka lakuin tiap hari juga masih belum bener.
Maka, mustahillah kita melabel sesuatu kalau kita belum tahu 'apa yang kita label' itu.
We know nothing but only our own opinion, yang suaaangat amat subjektif tanpa ada keinginan untuk melihat terlebih dahulu.
Kita ini sebenernya manusia yang sangat terburu-buru dalam menilai suatu hal, tanpa ada keinginan untuk perlahan mengenal sesuatu secara mendalam sampai benar-benar paham.
Kita ini sebenernya cuma manusia yang takut dilebihi sama manusia lain, makanya kita sibuk banget buat masang label kepada manusia lain, label yang buruk, label yang rendah, label yang bikin kita percaya kita ini lebih hebat dari mereka.
Kita ini sebenernya manusia hina yang suka banget ngehina orang lain.

-

Dan buat lo kita yang terkena label, semangat.
Gue yakin label yang dikasih ke kita itu cuman penilaian subjektif semata. Gue yakin kita bisa ngehilangin 'label' jelek yang dikasih ke kita jadi 'label' yang baik.....oh, atau tanpa label. Kelihatannya lebih indah.
Gue yakin label yang dikasih ke kita itu nggak bakal bertahan lama ketika kita ada keinginan buat ngehilangen label itu tadi.

-

LETS REMIND US ABOUT THIS.

Kalau nggak ada label, kita semua jadi satu loh.
Nggak ada kata rasis.
Nggak ada miskin dan kaya, hitam dan putih, dekil dan bersih, cantik dan jelek.
Kita semua bakal jadi satu, jadi manusia, yang siap menciptakan damai.
Tanpa label, kita bisa ngehilangin konflik dalam kehidupan kita sehari-hari.
Tanpa label, kita bisa nggak seegois itu dalam menilai seseorang.
Tanpa label, kita bisa jadi satu!
Kita bisa jadi diri kita sendiri, tanpa ada batasan kita takut dinilai jelek lah, miskin lah, hitam lah. Bakal nggak ada kata takut direndahkan, atau takut dilihat sebagai sampah.
Kita bakal bisa lihat sesama manusia sebagai 'manusia', nggak ada yang lebih rendah, atau lebih buruk. Nggak ada yang lebih tinggi, atau lebih baik. Nggak ada yang lebih sempurna, karena kita sejatinya cuma manusia, yang jauh dari kata sempurna.

-

Ayo, kita hilangkan label dari diri kita, dan kita hilangkan pemikiran untuk menciptakan label.
Semoga dunia ini bisa tenang tanpa label! ;)
Amin!

Sunday, 30 April 2017

Pelangi di Mendung ; Jadi Dunia. Untuk Dunia.

"At least, be the rainbow in someone's cloud."
-------------------------------------------------------------------------------------

Halo, kawan!
Setelah sebulan gue nggak mengunjungi blog ini, gue menyesal. Hehe.
Padahal, dalam sejarah hidup gue, setiap tahunnya tuh, bulan yang paling lama terlewati adalah Maret ke April, dan April ke Mei. Kenapa? Karena terlalu banyak peristiwa, memori yang terjadi disana. Gimana ya? Ah, pokoknya.. Maret dan April adalah dua hal yang keren dalam hidup gue. Selalu saja mereka terasa lebih lama dari bulan-bulan lainnya, dan kejadian di dalam bulan itu, selalu mengejutkan tiap tahunnya. Gue menghitungnya dari tahun 2012. Artinya, udah 5 tahun an gue ngerasain secara sadar betapa menakjubkannya Maret dan April dalam hidup gue. Hehehe.
Eh, lah.
Disini gue nggak bakal ngomongin Maret dan April dalam hidup gue ataupun sebaliknya, hal itu terlalu sukar untuk diobrak-abrik rasanya.
-
Jadi, gue bakal menceritakan salah satu hal keren yang terjadi di April gue di 2017 ini.
Judulnya, anggap saja 'Pelangi di Mendung'.
Hari kejadiannya, 23 April 2017.
Waktu kejadiannya, pukul 9 pagi.
Tempat kejadiannya, di daerah yang dipandang sebelah mata di kota gue Mojokerto, yaitu Balongcangkring.
Pelaku kejadiannya, Pelangi dan Mendung. Oh! Sama sinar matahari yang ikut campur tapi nggak mengganggu dan malah membantu.
-
Udah dari kelas 7 gue tahu kalau daerah bernama 'Balongcangkring' atau yang kerap disingkat 'BC' ini disebut-sebut sebagai tempat yang 'nggak pantas' atau 'nggak baik' gitu deh pokoknya.
Alasan utama penduduk ngomong begini adalah, daerah ini seringkali jadi tempat prostitusi, seperti halnya dolly di Surabaya.
Tapi, namanya hal baik selalu ada buruknya, begitupun sebaliknya.. mungkin?
-
22 April.
Iya.
Hari Bumi.
Dan gue diajak untuk memperingati hari tersebut bersama guru bahasa Inggris gue tercinta yang pemikirannya sangat brilian sekali, Bu Lies. Gak cuma gue yang diajak, tapi beberapa teman, dan kakak kelas gue juga yang mau-masih-mampu peduli.
"Kita ngapain di Hari Bumi ini?"
"Di kawasan itu, anak kecilnya kayaknya perlu dikasih edukasi lebih, deh. Kita ajarin mereka, dan karena ini dalam rangka memeringati Hari Bumi, kita harus ajarkan hal yang berkaitan dengan bumi. Nggak jauh-jauh deh, sampah bisa."
"Menarik. Tapi kawasan itu kan katanya bahaya."
"Nggak ada salahnya kita mencoba. Kalau buruk dibiarkan dan tidak dipedulikan, selamanya itu akan jadi buruk. Tapi kalau yang baik mau ikut campur sedikit ke yang buruk, niscaya buruknya perlahan juga mau jadi baik."
Dan akhirnya setelah kita pikir-pikir lagi, kalau kita mau suatu perubahan, kita harus berani bergerak. Jadi...
Berangkatlah kita.
-
Gue rela bangun pagi-pagi hari itu, lalu menjemput temen gue (yang sebenarnya dia kakak kelas gue) yang pemikirannya ada chemistry banget sama gue, hehehe. Namanya Sarah, dia hebat banget.
Kita ngobrol sans aja waktu perjalanan ke tempat, sambil berangan-angan nanti gimana ya jadinya, sukses nggak sih acaranya, garing nggak ya?
Pokoknya gitu deh.
Udah jadi mimpi kita berdua buat bisa terjun ke anak-anak kecil yang perlu banget dikasih edukasi.
Udah lama kita pengen jadi guru ke anak-anak yang perlu diajarin sesuatu.
Makanya kita semangat banget buat ikut acara ini, karena itu tadi.
Siapa sih, yang nggak pengen jadi inspirasi buat seseorang?
Hehe. Semua pengen jadi inspirasi, toh.
-
"Masuk gang ini deh kayaknya."
Gue dan Sarah pun masuk ke sebuah gang yang dirasa hina sama orang-orang sekitar. Ada orang bertato yang ngelihatin kita, tapi kita senyumin aja. Toh, gak semua orang bertato itu berjiwa pembunuh. I don't do that dumb thing ; judging people by their cover.
Gue menuju ke lokasi, dan.... sepi -_-
Ahhhh sepiii cuy.
Gue kira gue udah terlambat, gue udah buru-buru dan ternyataaaa... sepi.
Bahkan, gue nggak lihat seorang anak kecil pun disana.
"Kayaknya bakal sepi deh." kata kita, pesimis.
Akhirnya, kita duduk di kursi di depan rumah di daerah situ. Gue dan Sarah ngelakuin hal yang jadi rutinitas semua orang banget, yaitu..... tidak lain dan tidak bukan, update story di instagram. Cuy! Fun fact, we all do that thing huehehe :v *no offense*
Biar seru, gue sengaja nambahin location di story gue.
Lalu, responnya. Minus.
"Lah ngapain kesitu Nad?"
"Ih jorok banget lu."
"Yah, porno."
"Nganggur bgt."
"Deket rumah gue!"
"Eh?"
And stuff.
Terus gue ngakak aja, abis gue sendiri juga heran ngapain yak gue kesini gitu. Apa kata orang-orang lihat story gue updatenya ke BC :3
Tapi......
...
YAKALIK PROSTITUSI PAGI-PAGI? Gila!
-
Pas gue sama Sarah ngobrol dengan topik 'ngajarin anak kecil', kita ngobrolin juga soal film 'Stip & Pensil' (fyi yang belum nonton, buruan deh, lucu tapi tersirat makna mahadalamnya), ada 3 anak kecil lagi naik sepeda kayuh mereka masing-masing. Yang satu ngedeketin kita. Dan,
"Halo, Kak!"
Kemudian gue dan Sarah nengok, sambil kagok.
Gila!
Gue kira mereka nggak bakal ramah gitu, dan bakal nggak ngehargain kita. Ternyata, pemikiran gue rendah banget, gue sebodoh itu mikir mereka super nggak tahu etika, ternyata... mereka tahu etika banget men.
Itu first impression sih, soalnya... ini Mojokerto cuy. Fyi, kita biasa manggil 'Mas' atau 'Mbak'. Tapi, dia... 'Kak'. Big applause sih ini :v
Terus kita yang kayak, "Eh, iya! Halo, dek!"
"Udah lama kak ndak les. Ketiduran terus!"
Buset cuy -_- Dia masih kecil, dan tahu gimana cara membuat kesan pertama dalam sebuah dialog. Mampus lu para pencari cinta yang sedang pdkt ke cewenya sambil malu-malu, dikalahin sama anak SD tuh.
-
Gak lama, Bu Lies datang bersama rombongan. Membawa pohon, yang siap ditanam disitu. Temen-temen gue pun juga datang.
Tempat acaranya berlokasi di SD Mentikan 6, dan kita pun bersih-bersih dulu sebelum acara dimulai.
Seraya kita membersihkan lokasi, beberapa anak kecil datang meramaikan lokasi. Gue rasa, itu mereka yang siap mengikuti acara ini.
-
Acaranya mulai.
Berlangsung........ garing awalnya.
Mereka datang pakai baju bebas, tasnya juga seadanya. Rambutnya merah, keseringan kena sinar matahari. Kulitnya hampir cokelat tua, keseringan keluar rumah.... kerja. Bajunya beberapa lusuh, keseringan hidup di lingkungan kotor. Tapi, semangatnya cerah, hampir ngalahin terik matahari saat itu.
-
Acaranya mulai seru waktu kita nanam pohon di tempat itu.
Ada 3 anak yang super semangat banget. 1 namanya Puguh, rambutnya naik semua, udah kayak vokalis band punk. 1 namanya Rindy, cantik dan lembut banget. 1 lagi namanya Renvil, yang berhasil nyuri hati gue dari awal karena dia yang nyapa gue dan Sarah tadi sebelum acara mulai.
Saat pohon ditanam, Rindy dan Puguh semangat banget buat garuk-garuk tanahnya, sedang Renvil semangat banget buat cari air biar pohonnya bisa disiram untuk pertama kalinya (fyi, tempat dia ngambil air ternyata cukup jauh).
Selanjutnya, keseruan meningkat saat kita bagiin alat tulis buat mereka.
Gue bisa lihat, mereka excited banget buat dapat alat tulis. Sementara gue, alat tulis aja sering banget hilang di kelas entah kemana. Ah, kecil tapi menyentuh ya.

-

Kita kemudian ngajak mereka untuk berpendapat tentang pengalaman barusan yaitu menanam pohon menurut mereka. Yang berani maju ke depan bakal dapat hadiah.
Mereka semangat banget setelah lihat hadiah yang bakal kita kasih kalau mereka berani maju ke depan. Ada kotak pensil, buku gambar, pensil warna, notes. Dan mata mereka berbintang-bintang memandangi hadiah itu sambil sibuk mengangkat tangan biar ditunjuk dan segera dapet hadiah. Dari sini gue sadar, kenapa orang-orang nggak mau baik ke orang lain, karena takut nggak dapet apa-apa. Padahal, kalau mereka tahu imbalannya, mereka pasti mau banget buat baik ke orang lain. Hehe.
-
Gue kemudian menyuruh mereka untuk menggambar sebuah pohon di kertas dengan alat tulis yang udah dibagi ke mereka.
Lucu.
"Pohon itu gimanaaa kaak?"
"Kaaaak aku nggak bisa gambaaar!"
"Kaaaak aku belum dapat bolpeeen!"
"Kaaak aku ndak bisa nulis!"
Akhirnya, gue gambarin sebuah pohon yang simple banget supaya mereka bisa ngikutin.
Dan mereka, excited banget. Padahal gambaran gue, yaaahh.. bisa banget lo samain sama gambaran anak TK.
Mereka tertarik banget setelah gue tunjukin gambar pohon itu tadi, dan akhirnya mau ngegambar pohon itu.
Ada yang bener-bener nggak niat banget buat ngegambar, tapi ada yang niat banget sampe-sampe dia tiduran demi dapat posisi yang enak buat ngegambar.
Bu Lies datang, "Jangan lupa mereka kamu kasih slogan tentang lingkungan. Terserah."
Dan akhirnya, setelah mereka selesai gambar, gue minta mereka menulis slogan yang spontan dibikin sama kita.
"Aku sayang bumi. Pohon itu sahabatku. Aku tidak mau sahabatku sedih. Aku berjanji akan menyiraminya." 
Slogan.....super..........ridiculous =))
Ada dari mereka yang nggak tertarik buat nulis itu karena mereka nggak tahu cara nulis, ada yang ngikutin slogan itu dengan cermat setiap gue selesai ngomong slogan itu, ada yang sibuk ngehafalin slogan itu.
Butuh waktu sekitar 10 menitan untuk menunggu mereka semua bisa nyelesain tulisan itu, karena mereka nggak datang dari kelas yang sepantaran. Ada yang udah kelas 1 SMP, 6 SD, ada pula yang masih kelas 2 SD dan bahkan TK 0 kecil.
Seusai itu, mereka gue minta untuk ngebaca slogan itu dengan lantang.
Ada yang ogah-ogahan, tapi ada yang semangaaaatt dan lantaaang banget ngucapinnya sesuai permintaan gue.
Gue nggak lupa bilang, "Adek-adek, ini jangan dibuang. Sampe rumah ditempel di kamar ya?"
Beberapa bilang iya, beberapa bilang sebaliknya.
"Oke, selanjutnya kita bakal nonton video animasi tentang sampah. Ayo, kita kesana."
Mereka pun semangat, karena kayaknya mereka udah bosen sama cakap-cakap gue. Tapi, kertas yang isinya slogan itu nggak mereka hiraukan. Ada yang dibuang begitu aja.
Ya gue kecewa dong ya. -_-
Tapi, gue kemudian melihat Renvil, dan dia ngelipat kertas itu, dimasukin ke tasnya sambil nengok ke gue dan bilang, "Ini nanti buat adek!"
HOLYCRAP! Renvil, you do it nice :')
-
Seusai mereka nonton video, mereka disuguhkan penampilan akustik.
Lagu pertama yang dibawakan, Jangan Menyerah - D'Masiv.
Dan guys, its happening.
Gue seolah sedang berada di suatu reality show mengenai kehidupan sekitar yang biasanya ada di tipi-tipi, but this is real =')))

Hampir nangis gue.
Tapi, ada yang paling bikin gue nangis.




Waktu mereka nyanyi..... Tanah Air.

-
Sepulang dari itu, gue bersyukur banget.... nget... nget.
Karena ternyata, dengan cara apapun, dan hal apapun, lo sebenernya bisa merubah dunia seseorang.
Gue belajar dari 3 anak yang gue pandang di acara itu, Puguh, Renvil dan Rindy. Mereka yang paling excited buat ngejawab pertanyaan, mereka yang paling punya semangat diantara yang lainnya, mereka yang paling punya mimpi untuk masa depan mereka.
Gue sadar saat lihat senyumannya Rindy, mimpinya besar, tapi dia berada di lingkungan yang kecil. Tapi, gue yakin Rindy bisa ngeraih mimpi besarnya itu. Dia bakal jadi besar. Senyumannya tulus banget, bahkan gue nggak tahan kalau liat dia senyum, abis senyumnya penuh arti, penuh makna, penuh perasaan.

Gue sadar saat lihat mata Renvil, dia punya hati yang baik dan tulus, tapi dia dikelilingi sama orang-orang yang mau ngasih pengaruh buruk buat dia. Tapi, gue yakin dia bisa nahan diri biar bisa baik, karena sebenernya, nggak ada orang yang nggak mau berubah di dunia ini. Gue yakin Renvil bisa merubah jalannya menuju mimpinya biar bisa lebih dekat.
Gue sadar saat lihat semangat Puguh, yang walau penampilannya dinilai jelek, tapi dia brilian. Dia nggak seperti penampilannya. Dia cemerlang, punya akal banyak, punya tekad besar buat sesuatu yang besar pula. Gue yakin Puguh bisa jadi pemimpin yang baik kelak, walau dia direndahkan karena penampilannya. Gue sangat yakin, Puguh bisa membuktikan kalau penampilan nggak menentukan gimana akhlak seseorang!

Gue nggak henti-hentinya bersyukur, walau cuma 3 jam, kita bisa kasih pelangi buat mereka yang ‘merasa mendung’.
Gue nggak peduli soal mereka yang nggak peduli soal gue juga. Gue peduli soal mereka yang bener-bener nganggep kehadiran kita berarti hari itu.
Karena sebenernya, kita bisa kok, menciptakan generasi yang baik kalau kita mau bergerak.
Kita ini calon penerus bangsa.
Oh, bukan.
Kita ini sudah jadi generasi penerus bangsa, yang nantinya bakal ngebawa negeri ini mau kemana. Kalau kita mau suatu perubahan, kita bisa. Dengan bergerak, kita bisa. Dengan melangkah walau hanya selangkah, kita bisa maju.
Dari hal kecil, kita bisa buat sesuatu itu jadi besar.
Dari hal yang besar, kita bisa memaknai suatu hal yang kecil.
Gue yakin, kita bisa jadi dunia dengan hanya hadir.... dan memperkenalkan dunia ke seseorang.
Gue yakin, kita bisa jadi dunia dengan hanya memberi tahu, bahwa dunia itu luas.
Gue yakin, kita bisa jadi dunia dengan hanya ikut campur ke suatu hal yang sesungguhnya berpengaruh buat dunia.
DAN GUE SANGAT YAKIN,

KITA BISA JADI DUNIA DENGAN HANYA MEMBUKA MATA BAHWA DUNIA INI DARI KITA, DAN UNTUK KITA.
Semangat!

Sunday, 5 March 2017

Thoughts #1 About : "SARKASME"

Heyy!!!
I'm back!!!
I'm actually back!!
Yes!
Dengan semangat tinggi untuk lebih rajin, disiplin dan lebih peduli terhadap blog gue yang kian lama berdebu , yak, akhirnya gue hadir lagi di sini untuk memberi kalian para visitors sebuah post yang yah.. entah akan berfaedah atau enggak, itu mungkin urusan belakangan, yang penting gue kembali peduli lagi terhadap blog gue. HAHAHA, nggadeng.
..
....
.. Eh tapi iya.

--
--

Insyaallah, untuk selanjutnya, gue akan mengisi blog-blog gue dengan hal yang lebih bermanfaat!
Seperti beberapa pemikiran, argumen, opini yang berkaitan dengan kenyataan yang ada. Semua itu akan siap gue tuangkan disini dan dimulai dari post ini yang bersumber dari thoughts siang tadi.

--


SARKASME.
Hm, apa itu sarkasme?

--

Menurut Wikipedia dan sumber sejenisnya,

Sarkasme adalah sebuah teknik dalam berkomunikasi di mana ungkapan verbal disampaikan secara sinis, serta memaksimalkan ironi. 

Menurut gue,

Sarkasme itu cara orang ngomong atau bersikap ke orang lain, tetapi caranya nggak etis karena super kasar, super menyakitkan hati, super nggak sopan abis.

--

Sebenernya, yang "menurut gue" itu adalah intinya aja sih, tetapi bahasanya enggak baku aja. Tapi sama aja. Nggg, yahh.. pokoknya gitu deh.
Nah, di post kali ini, gue mungkin nggak akan membahas mendetail mengenai hal jelasnya tentang 'sarkasme'. 
Tetapi, yang akan gue bahas adalah, apa itu sarkasme menurut thoughts gue.
Jadi, yaaaah.. namanya suatu pemikiran, suatu opini, dan hanya satu sisi, yaitu dari sisi pemikiran gue, yang mungkin nggak akan sama dengan apa yang seperti kalian pikirkan. But, we talk and listen to understand, right? Or maybe reply it, as long as it make sense.
Sarkastik, sarkasme, sarkas, itu sering gue gunakan ketika orang itu bersikap kasar atau gimana ya.. arogan deh pokoknya. Makanya, disini kalau memang gue salah kaprah mengartikannya, ya mohon dimaklumi. Beberapa orang juga nggak jarang salah mengartikan suatu julukan, atau apapun. Wkekekekek.

--

Di suatu siang, gue sedang asyik duduk-duduk sambil nungguin pengunjung masuk ke event sekolah gue. Yap, gue disitu sedang menjadi panitia di event sekolah gue, lebih tepatnya gue disitu jaga bagian ticketing (tapi gue bertugas nyobekin tiket visitors doang :v).
Nah, kan setelah tiket gue sobek, visitor akan gue suruh untuk menuju bagian screening biar tasnya aman dari barang-barang yang emang pada ketentuannya gak boleh dibawa (seperti : makanan, rokok, dan sejenisnya)
NAAAH, pas ada sekitar 4 atau 5an visitor cewek pada saat itu, setelah gue sobek tiketnya, kan mereka gue tanya tuh, "Mbak, gak ada yang bawa makanan kan ya?" Dan nada yang gue lontarkan saat bertanya itu adalah menggunakan nada yang super halus dan non-sarkastik lah istilahnya.
Lalu salah seorang dari mereka menjawab, "ORANG KITA NGGAK BAWA TAS, KOK, MASA BISA BAWA MAKANAN?!!"
Seketika gue melotot, terus gue senyum doang. Dan gak lama kemudian akhirnya gue berpikiran, ini bagus juga yak, buat bahan blog gue. BAA DUM TSS.

--

Asli ya.
Gue tuh heran sama orang-orang sarkastik kaya begitu. Heran aja gitu. Why treat people you don't know like it was your enemy gitu lo. Gue serius gak tau dia siapa, punya masalah apa sama gue, kok sampe bisa se-sarkas itu menyikapi pertanyaan gue yang sifatnya........supernonsarkastik.
Yaa, entah itu dari latar belakang dia emang pergaulannya enggak kenal nada halus apa gimana, yang jelas, itu keterlaluan sih, pikiran gue menjalar kemana-mana dengan hanya sikap orang yang gitu. Heheeee, mungkin gue orangnya super lebay ya dengan melebih-lebihkan begitu? Tapi nggak tahu sih, setidaknya dari satu contoh sikap aja gue jadi bisa mikir tentang banyak sikap, dan realita yang terjadi :D Bhaakk.

Tapi serius lo, pikiran gue akhirnya makin lebar lebaar dan leeebaaarr. Sampe-sampe gue mikir, gimana persaudaraan antar sesama manusia bisa terjalin kalau orang-orangnya ini lama-lama makin jadi makhluk sosial tanpa sosial.
Kalau untuk menghargai orang aja mereka susah, untuk berpikir positif ke orang baru aja susah, gimana bisa mereka mengorangkan orang?
Kalau dipikir-pikir, emang sih personality setiap orang itu berbeda, latar belakang mereka berbeda, pemikiran mereka berbeda, jadinya mereka akan punya banyak cara untuk menyikapi orang lain, terutama orang baru...yang sekedar nanya mereka kira-kira bawa makanan nggak ke event sekolah yang melarang hal tsb.

Tetapi, bukankah seharusnya setiap orang itu bisa 'memanusiakan manusia'?

Memanusiakan manusia yang gue maksudkan disini adalah ketika lo, ingin di treat people sesuai yang lo mau, nah maka.. yang harus lo lakuin adalah..?
YAP.
Treat people the way you want to be treated.

Saking aja, beberapa orang masih belum ada mindset begitu.
Mereka suka seenaknya sendiri.
Mereka suka bossy.
Mereka mau dihargai, tapi nggak ada sekalipun keinginan untuk ngehargai orang lain! Is it fair? Yah, gue enggak perlu ngejawab.

Yuk kita menjalar ke hal-hal lainnya.
Beberapa orang tuh, menurut gue, masih aja membicarakan orang lain karena sikap orang tersebut nggak sesuai yang mereka pengen.
Awalnya, saat gue secara nggak sengaja mendengar pembicaraan 'membicarakan orang' itu, gue nyalahin si orang yang lagi dibicarain itu. Ya, gue kira, orang itu emang purely nggak nice gitu ke dia. Tapi pas gue telaah lagi, kepergok sikapnya dia ke orang lain, gue ketawa. Gue akhirnya bisa menyimpulkan, ini orang aja enggak sesuai dengan yang 'dia sendiri inginkan'. Kok ribet, mintanya gono gini?

Yah, itu sebenernya udah penyakitnya orang di sekitar kita sih emang. Kerjaannya kan ngomongin orang padahal sendirinya juga belum buuuener banget gitu.
Beberapa orang menganggapnya tabu, padahal sendirinya ngelakuin itu.
Beberapa orang menganggapnya oke oke aja, soalnya sendirinya ngelakuin itu.
Beberapa orang menganggapnya bikin risih, soalnya... EMANG BIKIN RISIH.

Gaes, buat lo yang sekarang lagi ngebaca ini, yuk deh, berubah yuk.
Dari hal sekecil apapun, lo bisa kok kurang-kurangin sarkas dalam diri lo. Sarkas yang mampu melahap habis-habis sesuatu yang sebenernya mampu dipandang baik oleh orang lain. Sarkas yang bikin lo dinilai 'jahat' sepenuhnya oleh orang lain. Sarkas yang bikin orang masang perspeksi antagonis pada diri lo. Sarkas yang mampu jadi bumerang buat diri lo sendiri.

Yuk kita pasang mindset memanusiakan manusia dengan bersikap tidak sarkas walau seasing apapun mereka.
Nggak ada yang salah kok ramah ke orang asing, nggak memungut ongkos kok ramah ke orang yang asing, beneran deh! Nggak rugi! Sangat enggak rugi!!
Jadi, kenapa lo harus takut untuk bersikap luar biasa baik ke orang baru? Kali aja, orang baru ini tadi akan bermanfaat buat lo di kemudian hari?
Kenapa lo harus malas untuk memanusiakan manusia? Karena sebenarnya tugas kita dalam hidup ini kan untuk menghargai sesama manusia? Tugas utama dalam hidup ini kan mendamaikan seisi dunia?
Yuk deh.
Berangkat dari sekarang.
Jadi pribadi yang meminimalisir sarkasme dalam diri sendiri. Yah, walau semua orang memang perspeksinya beda-beda, beberapa tak melihat sarkasme sebagai sarkasme, tapi.. apa nggak lebih baik menjadi baik kepada setiap perspeksi?

:D

See you in my next post!

Monday, 11 July 2016

Tips Buat Orang-Orang Yang Lagi Ngerasa : Useless/ Being Pushed Away/Trashed/Desperate.


Ah.

Lama banget gue udah nggak ngepost di blog ini. Maaf ya, all readers and all visitors yang entah masih setia apa enggak ngevisit blog gue karena gue udah lama banget nggak ngepost disini -_-
Seriously, semenjak gue ngerasa kalo wattpad lebih eksis dan lebih dibaca daripada blog, gue jadi bingung aja gitu mau ngelanjut hubungan sama blogspot gue atau move on ke wattpad yang lebih digemari. Dannnn, gue berhasil bikin wattpad, masih 2 part sih....nama wattpad gue nadyarizq, jangan lupa add, terus baca ceritanya, terus vote.....ah bego, malah jadi promosi gue.
Naasnya, gue gagal untuk beralih ke wattpad karena gue merasa kayak...shit men, kenapa gue nggak bikin buku aja dan dipublish ke penerbit daripada dipublish ke wattpad. At least lebih menguntungkan lah :v Jadi gitu, gue gagal move on dari wattpad dan akhirnya memutuskan untuk kembali aja ke blogspot gue.

Oke...by the way,
MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN, yaaaa guysss!!
Maaf banget salah seorang Nadya Rizqi itu banyak bangettt dan uncountable. *lah kayak materi English aja* maaf maaf kalo gue banyak banget salahnya baik disengaja maupun tidak jadi mohon dimaafkan ya! :*

Oke, langsung masuk ke topik yang akan gue bicarakan dalam post ini adalah gue akan membagi tips buat orang-orang yang lagi bener-bener patah hati karena dia merasa..
Useless/Being Pushed Away/Trashed/Desperate.

Hm. Tidak sedikit orang yang pernah masuk ke titik ini. Titik dimana mereka bener-bener ngerasa kayak.. “Ah, kayaknya gue udah nggak ada gunanya di hidup mereka.”

Yeeh, bener emang. Gue aja seriiinggggg banget ngerasa kayak gitu. Ngerasa kayak udah nggak dibutuhin, padahal gue ini selalu berperan di hidup mereka. Kayak, nggak kurang-kurang lah ngasih bantuan dan dampak positif ke mereka. Tapi kok, masih aja ya, gue ngerasa kayak mereka nggak butuh?
Dan setelah melakukan riset, haha, enggak deng, riset apaan cobak.
Yah, dan setelah melewati banyak fase yang sejenis ginian, gue nggak mau tinggal diam aja. Gue nggak mau gitu-gitu aja. Maksudnya, gue nggak mau ketika gue sampe di titik ini, gue tetep aja berujung melankolis tanpa solusi. Karena mau nggak mau, fase ini akan datang kapanpun dan tak terduga.

Jadi, inilah tips-tips buat kalian atau... yaah, termasuk cara-cara gue untuk keluar dari titik merasa useless itu tadi.

1. DON’T EVER THINK ABOUT SUICIDE.
Okei, jadi ketika lo merasa terbuang atau terlupakan, pasti rasanya.. hurts like hell kan ya. Dan dari yang gue lihat, mayoritas orang....eh engga deng, mayoritas remaja...remaja Indonesia, itu kadang punya pikiran buat... “AH GUE MATI AJA.”
Dude, seriously? *brb ketawa sambil kentut kentut keluarin ingus*
Hm, kita semua tahu mereka pengen mati itu bukan karena pengen nyelesain masalahnya, tapi karena pengen orang yang bikin mereka ngerasa useless tadi itu lebih simpatik ke dia karena dia pengen mati -_-
Dan.. kalo kadang lo liat kayak foto dari beberapa akun di facebook yang ngefoto tangan mereka udah disiletin, pake nama pacar atau mantan atau entah majikan nya. Like seriously, kalo lo mau bikin DIY tatto ya liat dulu tutorialnya jangan asal gesek gosok pake silet, ah bopung-_-
JADI, KALO LO NGERASA TERBUANG, BUANG JAUH-JAUH MINDSET BUNUH DIRI MENYELESAIKAN SEGALANYA. Karena terkadang kalo lagi sakit hati rasanya ingin mati kan ya? Tapi gue akhirnya mikir, apakah dengan mati gue bisa tenang? Tentu tidak.

2. ZERO ALKOHOL PAKE SUGESTI TINGGI
Some people wanna feel high kalo lagi stress. I feel you, bro.
Nggak sedikit juga orang di Indonesia yang hobinya ngehigh. #IYKWIM
Nah, tapi kalo kalian yang lagi pengen ngehigh, disini gue saranin jangan ngehigh pake alkohol, karena itu gak baik dan akan berujung memabukkan, ya kan? Kita tahu lah walaupun nggak mabuk itu terkesan nggak haram, tapi semakin stress lo, lo semakin pengen lagi dan pengen lagi, akhirnya lo mabok dong? Dih, jangan.

Nah, saran gue adalah, lo beli produk-produk soda non alkohol di supermarket terdekat, dan lo pasang sugesti tinggi kalo lo bakal high. Dan tadaaam! Lo bakal dapet high itu tadi :3 Yah padahal lo sebenernya sama sekali nggak mabok, yaiyalah pung kan zero alkohol? Tapi ya jangan juga bersugesti tinggi pake “fa*nt*a” atau “sp*r*ite” atau “co**ca co**la”, bopung -_- Minimal g*r**een s*and*s” atau “b*i**ntang” atau “gu**ine**ss” gitu.
Inget. ZERO ALKOHOL. SUGESTI TINGGI.
Ya emang sih terkesannya mendramatisir, tapi yaudah aja ya kan, namanya juga orang kebelet high. Jadi lo nggak dosa, nggak bersalah.
...
..
.....

 Tapi lo ngehigh. #BoomDerr

Dan buat yang biasanya ngehigh pake ganja atau apapun yang asep-asepan, gue nggak punya saran lain selain lo ngisep sate yang panas dan keluarin asep yang superbanyak.
NGEHIGH PAKE ASEP SATE! Cuek aja. Yang penting sugesti tinggi! #BoomDerr

3. GET LOST AND FIND 420SPOT
Iya, 420 itu bahasa gue aja, kata lain dari nenangin.
Jadi, yang gue maksud 420Spot disini adalah, tempat yang lo bener-bener bisa tenaaanngg banget, dan dari tempat itu lo bisa ngejernihin pikiran lo.
Nah, dan pas gue lagi nulis post ini, ini sekarang ini, gue lagi ada di 420Spot yang barusan gue temuin. Iya, yang biasanya jam 11 gue pasang AC dirumah karena diluar panas banget, sekarang gue bela-belain untuk keluar naik sepeda kayuh gue, dengan izin yang gak jelas untuk sekedar keliling-keliling dan cari 420Spot dimana lo bisa tenang sendiriaaan sampe lupa waktu. Jujur, gue udah kayak 2 jam disini dan cuma liat orang-orang berlalu lalang, dan ngedengerin ributnya suara tengah kota. And to be honest sebentar lagi gue masih mau cari 420Spot lagi :D
Jadi gitu.
GET LOST adalah cara yang paling gue suka disaat gue lagi ada di titik ini.
Lo kayak bisa ayem gitu kalo lo get lost, gaada yang tau lo kemana, gaada pula yang nanyain lo ngapain kesana, dan... lo keliatan bijaksana kalo udah sendirian sambil sibuk sama dunia lo sendiri di 420Spot ini. Karena yang gue kutip dari Jebraw adalah “Sendirian = Bijaksana”. #BoomDerr

4. PLAYLIST MELANKOLIS & EMBER, BUT ONLY ONCE.
Buat lo yang bener-bener ga tau harus ngapain, atau buat lo lo yang totally desperate, yaudah gue saranin jangan kemana-mana karena akan mengakibatkan kecelakaan dari pikiran lo yang kacau.
Kunci kamar lo, buka playlist lo, kencengin playlist lo, nangis!
Udah.
Tapi, nangis yang bener-bener menyiksa lo.
Nangis yang bener-bener bikin lo legaaaa dan udah, lo harus bangkit dan nungguin mereka kembali. Nggak usah nangis tiap malem, itu sikap orang PAYAH. Cukup sekali, lalu bangkit.

5. A SKY FULL OF STARS AT THE BACKYARD
Ini adalah cara yang paling berhasil untuk nenangin lo, menurut gue. Karena, ngelihat langit pada malem hari bakal bikin gue merinding, soalnya rasanya kayak gue ngelihat lukisan-lukisan bintang tapi secara real, dan itu way more amazing than you think. Apalagi, kalo lo punya backyard di rumah lo, yah.. lo bisa berbaring disana dan berasa lo adalah Hazel Grace Lancaster yang lagi bicara sama Augustus Watersnya, saying okay?okay. Hahaha :v
Tapi beneran, punya backyard yang bisa ditidurin sambil ngeliat bintang itu one of those 420Thing yang bener-bener recommended banget menurut gue. Jadi, silahkan mencoba dan rasakan sensasinya! *lah

6. CARA TERMUDAH
Cara termudah? MOTAW?
JADI..
Cara..termudah...
Untuk menghilangkan perasaan useless...adalah....
SHOLAT DAN CURHAT KE ALLAH.
Iya. Lo tinggal curhat semua masalahnya ke Allah, lo bilang mau lo gimana, lo bilang. Bicara ke Allah itu enggak usah sungkan, Allah adalah pendengar yang sempurna ketika lo nggak punya seseorang untuk diajak ngobrol. Bicara sama orang tua lu aja nggak sungkan, masa sama Allah sungkan sih? Kan Allah segala-galanya? Hehe.
Yaudah, lo tinggal cerita aja. Dan PASTI NIH...ini kan berdasarkan pengalaman gue kan ya, jadi ini berdasarkan apa yang gue rasain kan. JADI, setelah gue pake cara ini, 2 hari kemudian semua udah kembali seperti semula, karena.. selain Allah Maha Pendengar, Allah juga Maha Penolong. #BOOMDERR #KELARLOSEMUA
------

Darl, or anyone out there that feel this way, dont worry.

Kamu tidak useless.

I’d always said to myself, kalo misalnya gue lagi ngerasa useless gitu ya, gue gak berhenti-berhenti bilang... “Lo nggak useless. Setidak-tidaknya, lo masih ngeluarin karbondioksida buat tanaman di sekitar lo, dan itu. Super. Bermanfaat. Banget.” See? Ya emang agak kurang greget sih -_- But think about it!! Ngga ada salahnya juga kan soal statement itu?
Sekali-kalinya lo merasa useless, dan merasa udah nggak dibutuhin lagi, enggak. Itu salah besar. Bakal selalu ada orang-orang yang ngestop lo untuk do innocent things, kayak.. bunuh diri. No! There is always a solution, and there is always a cure!

Dan.. kamu bukan sampah.
No. KAMU BUKAN SAMPAH.

Ketika kamu merasa kayak semua orang ngediemin lo, atau ngacangin lo, nggak ngasih lo perhatian seperti biasanya....no, it doesnt mean youre a trash, jangan pernah ngerasa gitu.
Mereka mungkin akan lupa sama ka....ups maaf, maksudnya, mereka mungkin akan terlihat lupa sama kamu, tapi... itu hanya akan berlangsung..? Mehh, nggak tau, yang jelas itu nggak akan berlangsung selamanya. They’ll comeback. They’ll just hanging around to place they shouldn’t be. Jadi anggap aja gini, kalo lo ngerasa ‘disampahin’ atau ‘terbuang’, atau bahkan ngerasa ‘dilupain’ sama orang-orang yang lo sayang, lo jaga, lo nggak usah takut. Pasang mindset gini : “Gue rumahnya. Mereka lagi mampir ke rumah temennya. Bukan temennya, tapi fake friendnya.” As simple as that!

Sekian dari gue.
Maaf kalo post ini mungkin terkesan sampah. Tapi...dari post diatas...telah dikatakan bahwa......TIDAK ADA YANG SAMPAH :v *yah kampret gue*

Hahaha, oke deh, terima kasih kalo kalian sudah mau baca. Dan bila post ini bermanfaat, please leave comment. :D
THANK U MUAH <3

Regards, NR-2101<3

Wednesday, 15 June 2016

Hal Kecil Yang Besar : "Waktu."

Ya, jadi kali ini, disini, di post ini, aku akan nyoba buat lebih puitis. Karena emang......pengen :v Jadi, kalo post nya agak lebay maafin ya :v Dan maaf ada sedikit perubahan khusus post "Hal Kecil Yang Besar" ini, aku pake 'aku' dan bukan 'gue', karena biar lebih....biar lebih.... sip aja. *apasih*
----------------------------------------------------------------------------



WAKTU.

Pernah kepikiran nggak? Bahwa sebenernya yang paling berpengaruh di hidup kita adalah 'waktu'. Yah, bukan satu-satunya 'paling', sih. Tapi.. satu diantara banyak 'paling' berpengaruh dalam hidup kita.
Kenapa waktu?
Sejauh ini, dari banyak rasa sakit yang kurasakan, serta cerita pahit yang kulalui, yang bisa kusimpulkan adalah.. bahwa waktu menyembuhkan segalanya. Rasa sakit. Semua orang pernah merasakannya. Tentu saja. Bahkan, harimu tidak akan sempurna tanpa luka. Mereka selalu hadir dan siap untuk menggagalkan kebahagiaan di titik 10 dari skala 1 sampai 10 mu. Selalu ada konflik di setiap harimu. Bertengkar dengan kedua orang tuamu, sakit hati karena perkataan temanmu atau pujaan hatimu, dan segalanya yang berawal dari hal yang kita kira hanya bercanda.
Dari waktu..
Beberapa luka yang telah tercipta, terkadang tidak bisa kita hilangkan bekasnya. Dan bahkan, beberapa masih ada yang sanggup menjatuhkan tangis meski hanya setetes. Yang lebih konyolnya lagi, ada seribu luka yang mampu tertutup dengan satu senyuman simpul di bibir.
Oleh waktu..
Milidetik, detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, semua berjalan sesuai aturannya, sesuai prosedurnya. Tawaku hari ini, tak seindah tawaku kemarin. Dan siapa yang tahu, barangkali tangisku esok ternyata lebih kencang daripada tangisku hari ini. Entahlah, siapa yang peduli?
Sebut saja waktu..
Yang terkadang kita sendiri bahkan tak pernah sadar bahwa perannya sungguh besar, sungguh penting. Entah untuk suatu keajaiban, harapan, memori atau bahkan tragedi.
Dari waktu..
Kuciptakan sesuatu bersamamu. Aku bahkan tidak tahu aku bisa sebodoh ini masuk dan terjun ke dalam tipuan hebatmu. Yang kukira, dari waktu, kita ciptakan memori. Tapi ternyata, karena waktu, aku sadar.. yang kita ciptakan adalah tragedi.
Kuluangkan waktu, demi kamu, untuk kamu dan karena kamu. Dan kali ini aku tidak habis pikir, ternyata semua konjungsi itu sanggup menjadi jembatan kata 'kamu'.
Dari waktu.. Aku tahu, betapa menyiksanya menunggu. Betapa menyiksanya melihat kamu bersama pujaanmu. Betapa menyiksanya untuk melengketkan senyum palsu ini di bibirku. Betapa menyiksanya mendengar kata-kata indahmu yang bukan untukku namun untuk pujaanmu. Betapa menyiksanya untuk menahan air mata yang menggebu. Betapa menyiksanya untuk mengeluarkan tawa paksa yang tabu.
Tapi kemudian, karena waktu.., kamu datang menggantikan penyiksaan itu menjadi sebuah keindahan.
Penyiksaan itu tergantikan, kesabaranku terbalaskan. Awalnya mungkin aku memasangkan senyum palsu itu, namun semua itu tidak lagi berlaku saat kamu datang membantu. Kunikmati masa-masa indah itu. Kita mungkin tidak bersama, tapi.. aku masih berharap pada waktu.
Sampai akhirnya, memori itu berubah menjadi tragedi. Aku tersentak dengan kehadirannya. Aku merasa terusir olehnya. Aku ingin pergi, namun kakiku masih tetap menancap pada jebakan itu. Aku ingin berteriak, namun rasanya suaraku hilang dilalap kesunyian dari lubuk hatiku yang paling dalam.
Berharap pada waktu.. akupun tetap menanti hingga kakiku bisa lepas dari jebakan itu. Hingga akhirnya, karena waktu.. kakiku pun terlepas dari jebakan itu. Alas kakiku tidak selengkap awalnya, banyak bagian yang masih tertancap pada jebakan itu. Namun, aku tetap pergi. Menapakkan kakiku ke jalan yang lebih lurus dan bukan lagi jalan yang mengarahkanku menuju tragedi.
Dari waktu, aku sadar.. Aku terlalu mengutamakan hal yang sebenarnya bukanlah prioritas. Aku menatap ke depan, melihat masa-masa yang akan datang, namun aku gagal, yang kulihat hanyalah putih, silau, dan sungguh sangat terang.
Dari waktu, aku sadar.. Harusnya aku lebih bisa menghargai orang lain yang ada di sekitarku. Kulihat sekelilingku, banyak tangan yang sudah siap untuk menarikku dari kejatuhanku ini. Banyak yang siap untuk membantuku bangkit. Banyak yang siap untuk menciptakan tawa yang sesungguhnya dariku. Banyak yang siap untuk menciptakan tangis haru dan bukan tangis lara. Sesaat, kulihat jebakan itu, ada kamu diatasnya, sedang tertawa lepas diatas sebuah kejadian naas.
Awalnya aku diam saja, dan waktu membuatku memutuskan bahwa aku akan tetap memujamu dalam diam. Namun tawamu saat itu sungguh menggangguku. Telingaku panas. Kamu seperti iblis, dan yang kurasakan hanyalah takut. Takut untuk terjebak lagi, takut akan tragedi lagi, dan takut akan kamu.
Aku tidak sanggup. Waktu mengatakan padaku aku harus pergi.
Aku pun meraih tangan-tangan itu, kemudian aku bangkit lagi. Sinar itu kemudian datang, ternyata aku ada diatas bukit. Bukit yang sangat tinggi, dan matahari saat itu bersinar sungguh cerah. Ayah dan Ibuku berada di bukit seberang, melambaikan tangan padaku dengan senyuman bangganya. Begitu juga sahabat-sahabatku, ternyata mereka ada di belakangku. Aku menitikkan air mata haru. Kulihat sekelilingku, banyak sekali orang yang rela menyerahkan tangannya untuk kutarik. Kulihat sekeliling, dan kutemukan hal terindahnya...tidak ada kamu disana.
Hai waktu, kini aku sadar. Aku terlalu membuang-buang waktu. 


-NRA, 2016.

trite

i alw ays won der are The Smiths re ally be honest , for the h e avenly fe e li n gs o f de ad by yo u r sid e. bec ause by on ly seeing ...