Thursday, 5 November 2020

Day 17 : Ways to Win My Heart

Ways to win my heart?

Hohoooo,

bakal panjang nih~

__


Hmm,

ways to win my heart is.. 'being true to yourself'

Saya ini orang yang susah peka 'kepada diri saya sendiri' karena takut GR aja. Ketika saya suka sama seseorang, saya bisa tuh kasih kode-kode ke mereka. Saya juga kadang bisa baca kode-kode dari mereka, tapi.. karena ingin menghindari rasa sakit sendiri yang munculnya selalu dari ekspektasi, ketika saya mendapatkan sesuatu yang menyenangkan hati, saya beranggapan kalau itu cuma...... kebetulan saja.

Nah, hal ini yang mungkin bikin capek orang yang pengen ngedeketin saya, karena saya goblok aja gitu gabisa tahu mereka ini lagi ngedeketin apa nggak. Sampe akhirnya, kadang ada salah satu dari mereka yang ngedeketinnya pake cara..... "ya ini aku punya interest yang sama sama kamu nih, kita cocok." gitu.

Dan karena saya orangnya orang paling gampang percaya & susah mikir yang aneh-aneh ke orang baru, ya saya kadang iya iya aja. 

Pernah di suatu hubungan, seolah kita bener-bener cocok banget di awal, ternyata ketika dijalani.... huhuuuu, baru ketahuan ternyata dia yang nggak jujur sama dirinya sendiri dari awal karena tujuannya cuma pengen ngedapetin aja. Ketika saya coba pikir positif bahwa memang itu konflik normal dalam hubungan, kenyataan selalu nunjukin bahwa, "ini tuh bukan konflik tapi emang nggak seharusnya jadi satu aja." dan iya, semakin jauh kita jalani kita semakin sadar bahwa kita saling nggak jujur sama diri kita masing-masing. Saya nggak jujur sama apa yang saya cari di relationship, pun dengan dia yang nggak jujur dengan apa-apa yang sebenarnya nggak ada dalam dia tapi di-"ada-adain", biar saya seneng. WKWK naas. 

Ketika saya kenyataan itu, ya saya nyalahin diri saya sendiri juga. Saya juga seharusnya bisa jujur sama apa-apa yang saya cari. Dia yang bisa jujur sama keinginannya, jujur sama dunianya, nggak malu buat kasih tahu ke orang bahwa dia interest ke dunia begini begitu tanpa tujuan "seeking attention to the loved ones", ya itu yang bisa menangin hati saya. 

I don't care if your dreams are different than the others, your eyes see things that others didn't see, your interest are not like the majority, i don't care. As long as you livin' what you've believe in, i'm in.

__

Ways to win my heart again is,

effortlessly affording yourself with what you have. 

Ini penting banget sih.

Sebenernya karena apa yaaa,

kesejahteraan materi bukan nomor satu buat saya. Yang nomor satu buat saya selalu kesejahteraan hati & pikiran. Nah, either do ke orang yang saya cari. Saya lebih bisa nerima orang yang nggak memaksakan diri untuk bisa tampil sekeren itu di depan publik. Hihi.

Saya kan selama ini tahunya insecurenya cewek aja kan, ternyata ketika temen-temen cowok saya ngobrol soal insecurities mereka, kebanyakan selalu insecure karena 'materi'. Ada yang kesel karena dirinya nggak bisa punya motor/mobil yang bagus sehingga nggak ada cewek yang mau nempel, ada yang kesel karena bajunya nggak branded, dan lalala lilili. Terus lucunya, mereka bilang, "kalo aku punyanya kayak gini, mana ada yang mau sama aku? Cewek kan pasti cari yang kaya."

Goblok hih. 

Dikata cewek selalu liat materi doang? Sebel :(

Saya bener-bener lebih stand for a man that is not forcing himself. Ketika bisanya makan di warteg, ya yaudah. Ketika bisanya dirumah & nggak ngopi pansos gitu, yaudah. Ketika bisanya pake baju thrift-thriftan whether than the new one, ya yaudah. Tapi dia pede gitu lho untuk membranding dirinya sendiri, nggak ngeluh gitu. Karena.. cowok yang nggak suka complaining life & things he didn't have is a... <3<3<3<3<3

_

Ways to win my heart is being able to exist in every situations.

Means that dia nggak menutup diri dari banyaknya situasi & kondisi yang mungkin terjadi dalam hidup. WKWK. Diajak ngaji mau, disuruh sholat nggak rewel, nggak malu nawarin makan di kaki lima, nggak malu bawa motor yang 'baginya' biasa aja, nggak malu styling sesuai sama apa yang 'nyaman' dia pakai, nggak kampungan kalo diajak ke tempat-tempat 'yang bagi kita' classy, bisa bejat sebejat-bejatnya, tapi juga bisa diajak tahu batasan bejat. 

Pokoknya, dibawa kemana-mana itu bisa deh WKWK. Soalnya saya bakal bisa jadi perempuan yang bisa diajak kemana-mana. Maksudnya ini kemana-mana itu ya nggak rewel & tahu harus memposisikan dirinya seperti apa. Diajak ke anak-anak yang bercandanya gasopan, nggak sok suci & bisa gabung ke jokesnya, diajak ketemu keluarga langsung bisa sopan tapi tetep jadi dirinya sendiri. Diajak ke anak-anak yang pinter, bisa ngomong yang walau nggak harus jadi center of attention but at least he know what the forum talked about. Tapi diajak ke anak-anak yang mungkin dirasa dia nggak pinter-pinter amat tetep mau gabung tanpa ngerendahin mereka. Diajak ke coffeeshop nggak norak, diajak ngopi di warkop juga nggak ngeluh. Diajak ke mall nggak maksain diri, pun diajak main ke alam-alam gitu nggak ngeluh gatel-gatel kakinya. Diajak kemana aja mau deehh pokonya, tanpa nanyain "NGAPAIN KESITU? GAJELAS".

AHHH pokoknya yang begitu itu udah... win my heart dahhh<3 Rasanya udah kayak 'kemanapun aku ikut asalkan denganmu' sama 'me & you against the world'  banget HAHAHA~

_

Ways to win my heart is.. smart & stylish, with a good taste. :')

Ini harusnya saya taruh di posisi pertama, tapi yaudahlah.

Nggak tahu ya, aura orang yang pinter & cerdas itu selalu beda buat saya, dan hati saya udah klepek-klepek gitu. Apalagi kalo bicaranya udah pake bahasa yang, KBBI banget. Waduh mati saya.

Dulu pernah ada dialog antara saya dengan orang yang, yaaaah nggak saya gadang-gadang sebagai orang yang bisa saya kagumin. Tapi ketika kita ngobrol, dia bicara banyak, dan ada dialog gini doang, "Iya gimana lagi gajinya fluktuatif." Bajingan. Dia ngomongin gaji aja pake bahasa 'fluktuatif'. Udah, kelar. Langsung kagum saya. HAHAHAHAA lebay.

Pinter ini nggak harus orang yang ranking, ambis atau gimana. Noooo i'm not defining a smart man as a man with a good score. Toh, dalam hidup juga kita nggak punya rapor. Pinter & cerdas menurut saya itu pokoknya apa yang dia pandang, apa yang dia ucapkan, dan yang dia dengar itu punya bahasa tersendiri yang nggak harus disampaikan. Beeeh~

Urusan stylish, kenapa stylish with a good taste... soalnya bagi saya, style itu penting bangettttt. Sekarang saya sadar juga kan saya nggak cantik-cantik amat, yaudah dengan kenyataan itu saya nggak mau dong insecure terus protes ke Tuhan "Yaampyunn Tuhan kenapa sichhh aku nggak cantikk,, knppp aku jrawatann???" hhh, insecure mulu lupa bersyukur.

Kalo dikasihnya gini ya yaudah afford what i can aja. Kalo pengen cantik ya coba styling gitu kan. Maka dari itu... bagi saya

Ganteng mah belakangan, stylish dulu yang penting. WKWK. I prefer a man that knows color of everything. Gimana ya mendefinisikan tahu warna ini? Hm, pokoknya dia nggak norak dalam milih bajunya dia, dalam milih sepatunya dia, dalam milih apapun deh. Ya soalnya saya orangnya mentingin taste banget :') Belajar dari ngethrift, saya paham kalau.. merk tuh nggak penting yang penting tastenya. Sama dengan ketika saya makaryo juga, saya mentingin taste dulu daripada equipment. Karena sayang aja gitu punya kamera mahal, tapi ngeditnya gak pake good taste. Sayaaang bgt. :( Karena kenyataannya, apa-apa yang murah bisa keliatan lebih mahal karena selera. Ciaaa~

_

Same eyes, same ears, same mouth, and good arms to rely.

Kalo ini, 

ways to win my heart as my forever turning point sih HAHAHA.

Ada satu lirik dari band L'Alphalpha, "Apa yang kulihat seindah yang kau lihat, ataukah yang kau lihat lebih indah?" 

Itu bener banget. 

Betapa menyenangkannya punya orang dengan pandangan yang sama terhadap hal-hal yang diberi semesta. Dalam hal apapun. Hal yang primer, sekunder atau tersier dalam hidup. Perdebatan pasti ada dalam hubungan, cuma pasti saya bisa nerima ketika perdebatan itu masih dalam ranah dan pandangan yang sama. Maksudnya gini, 

percuma kita ngedebatin satu hal ketika untuk mendefine hal yang kita debatkan aja, kita udah beda pandangan? Yaaa, sia-sia.

Same ears, means that we listen to the same things. Nggak cuma musik ya. Tapi mendengar suara-suara yang emang ada dalam hidup. Dengerin suara hati misalnya. HAHAHA.

Same ears means that we both listen to what story we tell, each other. Saya mendengarkan ceritanya dia, as a super good listener, pun sebaliknya, as a mega good listener juga. Jadi, yang ngedengerin nggak cuma salah satu aja yang dominan. Dua-duanya harus saling ngedengerin satu sama lain, dan nyambung karena kita punya same ears.

Same mouth means, komunikasinya jalan dalam hubungan ini tadi. Saling tahu kapan harus berargumen, kapan harus marah, kapan harus bicara halus, kapan harus negur, kapan harus nenangin daaaan lainnya.

Sekarang udah memandang hal yang sama, punya interest yang sama, saling ngedengerin juga, tapi susah kalo disuruh saling ngomong. Yaaaa, susah jalan. Lhawong, komunikasi itu kunci utama. Hehe. 

Anddd, good arms to rely is..

yaaa, we've both have the same arms to rely on when we're falling in the worst part in life. 

Artinya dia bisa nenangin saya ketika saya jatuh sejatuh-jatuhnya, dan sebaliknya. Karena bagi saya, ketika dia nggak tahu kapan saya waktunya harus berteduh, dan saya pun juga nggak tahu kalau dia sudah basah kuyup, artinya kita berdua nggak saling menjaga, nggak saling mengawasi juga. To me, arms is a sign to protection. Relationship do needs a protection. It doesn't have to be 'over' because too much isn't really my thing, but at least.. it reduce the heartbreak.

Ketika saya (nantinya) nemu orang yang ternyata punya same eyes, ears, mouth and good arms to rely, nah yaudah. Disitu deh. Dia yang jadi turning point saya, yang kemanapun saya perginya, semua cuma tempat singgah sementara dia.. rumah.

_

Nah.. jadi gitu deh, bener kan.. panjang banget?

Emang kalo urusan yang begini ini saya bachoood banget, soalnya nggak nemu-nemu :( Again, i'm a person that (i think) will be demanding on relationship. That's why, its hard to found 'the one' that will fulfill all of the expectations i have. Doesn't mean that i ask too much in relationship, but... 
wait, isn't that exactly how relationship should be? WKWKWK. Saya mah nggak munafik~ 
Cuma agak brengsek dikit, WKWKWK~

Yaaa semoga seiring berjalannya waktu juga saya makin bisa buka hati buat orang baru, tahu kapan & kepada siapa menghabiskan waktu dan menganggap relationship & love itu nggak se'wasting time' itu. Tapi bagi saya sekarang dan sampai waktu yang belum bisa ditentukan, 



love is still a fairytale.

and relationship, isn't relationship.

but its reLIEtionship.

Day 16 : Someone i miss

 Someone that i'll always miss is,

my grandfather :)

_____






He passed away when i was 14. 
It was March, 19th, 2015.

When i heard a bad news about him in the morning, 

and have time to visited him on 5 p.m.

I run at the hospital in a hurry, seeking for his room, wishing i could still see him breath easily.

When my Mom calls, i thought it wouldn't be that serious. I thought its just an ordinary situation where the patient needs an easy bed rest, and the rest of the room still can watch TV, or waiting for the other visitors.

But, it is the otherwise. My mom cried when i pick up the call, ask me to come there quickly. Then when i came inside the room with no "knock-knock", i see my Grandfather there, politely smile to me, and say only nice words. He ask me to pray for him because he feels like he couldn't survive longer.

And right there,

I feel like i'm on a movie scene when i'm about to lose someone i love.

But i hate that my thoughts is being real.

He lost his breath at 5.20 pm.

And right there,

I named that 20 minutes as the best 20 minutes in my life.

I can't stop holding his hands even he's already gone.

Even both of his eyes is closed, and his hands are getting cold.

The blanket closed his body, but my hands still can't let him go. 

I held it as much as i can, and sit beside him while the others still taking care of the administration and anything.

I keep sayin' to myself, feeding faith to myself that.. he is still there.

______

Duh,

malah cerita puitis gini.

Jadi makin kangen sama beliau.

Oh ya,

saya biasa panggil beliau "Yangkoeng", iya.. singkatannya Eyang Kakung. Hwehe.

Yang bikin saya selalu rindu sama beliau adalah,

karena saya kayaknya telat sadar kalau Yangkoeng seberarti itu buat saya, dan sebaik itu.

5 tahun berlalu,

dan saya makin kesini makin sadar, bahwa sebenarnya hubungan saya sama Yangkoeng sedekat itu karena beliau selalu ngelindungin saya sampe sekarang. 

Sifat-sifat terkenang yang beliau punya, ternyata ada di saya. Dan sifat yang paling kentara dari beliau adalah.. beliau takut banget buat ngerepotin orang lain. Jadi, as long as he can do it by himself, he wouldn't ask for a help. If there's an urgency, barulah.. Mayday Mayday~

_____

Satu momen yang kalau saya ingat-ingat suka kesengsem sendiri adalah.. ketika waktu itu saya main di pensi SMP saya dan tiba-tiba Bapak sama Ibu ngajak beliau & Yangtie untuk hadir dan nonton saya tampil.

Saya lambai-lambai tangan waktu mereka hadir, nggak ada perasaan yang makin deg-degan atau gimana, justru saya deg-degan karena waktu itu saya bakal bawain lagu pilihan saya yang entahlah.. saya masih belum begitu punya nyawa disitu.

Saya belum bisa nyamperin mereka karena waktu itu mereka hadir selisih 1 penampil sebelum saya. Nah, udah tuhhh saya akhirnya perform.

3 lagu, berjalan luar biasa lancar dan diluar ekspektasi karena nggak ada 'salah' yang terlalu nampak saat itu. Nah, setelahnya.. saya nyamperin mereka karena urusan di stage sudah beres.

Tahu nggak, yang bikin kesengsem apa?

Yangkoeng ternyata nangis liat saya perform! Sambil nanya waktu saya salim, "Mbak Nadin itu bisa main drum belajar darimana?"

Gila. 

Saya bener-bener langsung deg-degan. Soalnya saya inget, kakek saya ini dulu nggak pernah ngebolehin kakak saya terjun di dunia musik kan. Lha kok sekarang saya malah ngikut prohibited things nya hehe. Tapi, ternyata tangis beliau itu tangis haru bukan tangis nesuuu hehehe:')

Beliau bilang beliau bangga banget sama saya, dan memperbolehkan untuk melanjutkan bakat saya di musik. Saya terkejut waktu itu, kok bisa yaaa.. kakek saya yang 'saya kira cuek' sama bakat cucu-cucunya, sampe nangis begitu. Udah, kelar. Alah bangsat saya jadi nangis nulis ini.

Apalagi ya?

Udah kali ya.
Nanti saya makin banjir ini huahahaha.

Intinya, beliau yang hilang tetapi masih selalu ada menurut saya sampai saat ini.

Bahkan dalam titik terjatuh saya terutama soal mimpi, saya selalu semangat kalau mengingat-ngingat beliau dan momen tangis haru itu. Saya jadi semangat lagi, nggak mau nyerah lagi, dan mau ambil langkah kaki lagi. 


_


Untuk Yangkoeng,

sebentar ya. Biar dek Nadin kejar dulu mimpi-mimpi dek Nadin, nanti dek Nadin bawa pulang, coret apa-apa yang sudah dek Nadin tulis & lukis, baru nanti dek Nadin temenin Yangkoeng disana. Okeeeyy? <3





Tuesday, 3 November 2020

Day 15 : If i could runaway, where would i go?

 Hmmm,

if i could runaway..

i would go to a place like this..


a place where i could distance myself from anyone, even from the nature itself but i can still see them.

HAHAHA~

But..

what i really wanted to go if i could runaway,

would be.. anywhere.

Because, logically..

i'm running away.

'Run' away.

Means that i'll always move from side to side. HAHA~

So i'd choose this as my 'where i would runaway' 



Yash!

To runaway with a campervan!



Actually,

livin' in a campervan will always be my dream. Yes, 'always'. Because i know that it would be impossible for me. Or i don't know cause i still have no time to figure it out... yet.

I ever watched a documentary about a couple with a baby, livin in a ship for 10 years, and that documentary.... will never get me bored even i have seen it maybe like a thousand times! They're like my favorite!! I love how they could be so well-prepared on deciding that they really moved from an actual house, to a 'moving ship' that is a.... house.

Here's the link of their documentary, perhaps you're curious about how wonderful it is : https://youtu.be/lk83N2u1ZmY


But, i recognize myself, that i'm really scared of the 'sea'.

Well maybe not that 'scared',  but.. still freakin out a little bit. 

So i can't imagine myself, living on a sea, and die by storm. Hhhh, no. No.


Then, since the very first day after i knew what 'campervan' is, the idea of living inside a campervan always be gorgeous on my mind.


Because i could move everywhere i wanted to.

A mountain, a sea, a hill, a city. Everywhere!
And, i don't know, i always enjoy spending my time on the road. Like, its really fun to see the city lights, the cars that passing by, and everything about the street. It such a bless. 


Oh, i could really smell a rain right now, imagining that i'll stopped on a lake, writing songs, make a coffee for myself and see the reflection of the sky on a water vividly.

Oh, and i also hear the sound of a bell, imagining that i'll celebrate christmast on Finland, watching the aurora passing by above me. 

HOHOOOO *laugh like Santa*


____


Well, 

shit.

I loved how my imagination works at it best.

Well i should probably take a nap and continue my imagination about living inside a campervan. But now, i'll add my beloved ones to be inside. Who knows it'll be better. If its worse then i erase him. HAHA.


Cheers<3

Monday, 2 November 2020

Day 14 : Describe Your Style

 I wear what i want,

but with a color palette. 



WKWKWKW.

Does that crystal clear? Hehe, let me explain futhermore.


___________


Style saya, 

nggak muluk-muluk. 

Selalu pake apa yang saya suka, tetapi.. warnanya mesti harus cocok atau 1 color palette lah. Kalo nggak, waduuu bakal unmood banget saya.

Tapi, warna yang paling suuuering dan nggak pernah nggak saya pake ya.. hitam & navy. Itu seolah jadi warna primer dalam hidup saya. Terus juga karena.. nggak tau ya, saya ngerasa cocok aja kalo hijab saya pake 2 warna itu. Kayak nyatu gitu lo sama kulit saya. HAHAHA, nyatu. Ngeri banget.


Style saya ini nggak feminin-feminin banget. Nggak sama sekali malah. Saya sampe sekarang belum nemuin keinginan untuk bisa pakai kulot & blus yang anggun gitu, terus pake pashmina. Entah. Padahal saya suka gitu lho liat cewek yang dandannya bisa cocok kalo pake gitu. Giliran saya pakai gitu, jujur.. dari diri saya sendiri juga emang malah nggak pede. Beberapa bilang cocok, beberapa bilang "LO KOK BERUBAH NAD KESAMBET APA LO?" gitu. Tapi emang bener. Yang bilang cocok itu 7%. 93%nya bilang sebaliknya. Nah, diri saya sendiri bilangnya juga, "Anjing ini bukan lo, copot buruan copot. Ganti yang biasanya aja."


Enggak enggak, bukan berarti nggak mau keluar dari zona nyaman.

Cuma fashion kan, a way to reflect yourself. So i wear what suits on me. Not only by size but also by my soul.

Halah halah. Rempong juga.

Pokoknya gitu deh.

Saya pake yang bikin saya pede, walaupun mungkin.. kadang ga cocok sama orang lain. Pun sebaliknya, apa yang biasanya orang lain pake kan belum tentu cocok sama kita. 


Nah, style yang cocok sama saya adalah.. 

yaaa, style saya ini. Pake kaos, jeans sama cardigan/jaket/outer gitu. Terus hijabnya ya itu ituuu aja, kalo nggak navy, ya item. Nah karena itulah kenapa saya mentingin color pallete, karena 2 hijab itu tadi. Jadi baju-baju saya juga baju-baju yang masuk kalo dipakein jilbab warna-warna itu. Kecuali sesuatu yang occasional dan saya lagi belum nyetrika 2 hijab itu, nah barulah saya akan 'sedikit berani' untuk pake baju & hijab warna lain. Tapi tetap dengan color pallete yah. Hwehehe.

Terus, saya orang yang anaknya sepatu banget. Nah, sepatu banget ini bukan berarti yang koleksinya banyak lah, terus barangnya mahal-mahal lah, woo enggak. Tapi, saya anaknya lebih nyaman kalo pake sepatu. Entah kenapa. Kayak.. ketutup aja gitu kakinya. 

Saya nyaman banget kalo udah pake sepatu, sampe kadang-kadang lupa tuh kalo kaki juga perlu istirahat dan bernafas. Saya jarang pake sandal dan malah nggak tahu tuh, sandal yang bagus yang kayak gimana. Maksudnya, bukan sekadar sandal jepit gitu ya. Sandal-sandal yang bisa dipake keluar gitu lohh, saya nggak tahu harus yang kayak gimana. Malah waktu disuruh beli sandal buat bisa dipake keluar gitu, saya malah minta sandal eiger aja, yang ada talinya. Ya soalnya menurut saya itu udah formal banget, karena ada talinya gitu di pergelangan kaki. Jadi ngebuat beda gitu lho sama sandal jepit biasa. Iya ga siiih? :( WKWKWK.



Nah ada warna yang paling kurang bisa saya styling yaitu.. pink sama kuning. Gatau ya, budrek aja gitu kalo liat baju warna itu. Takut kalo dipakein ini itu nggak cocok. Saya udah mulai bisa pake baju kuning karena sweater ibu saya yang waktu itu bagus aja gitu warnanya mustard. Terus saya mulai tertarik dan coba saya pake. Eh, ternyata nggak jatuh-jatuh amat kalo saya pake. Yasudah tuh, mulai pede. Nah, musuh saya ini.. Warna pink ini...

Tapi ternyataaaa, bisa kok. Asal pinknya nggak pink yang nyebelin. Pinknya nggak nyolok gitu lho, nggak bikin kesel pokoknya. Dari sekian baju, saya punya 1 baju pink yang warnanya itu pink pudar gitu jadi alus banget nggak nyolok-nyolok amat, dan bagi saya.. udahhh, itu udah cukup. Lebih dari cukup. 

Pun juga dengan warna kuning, saya punya 1 baju kuning yaitu baju kembar 1 band saya, yang mana semua member harus punya. Tapi saya pakenya juga occasional, kalo lagi sama band saya aja. Kalo nggak gitu, pas lagi di kos. Heuheu~



Style saya itu..

nggak harus yang gimana yaa.. yang diliat orang tuh "wow" gitu. Dulu mungkin saya begitu. Pokoknya harus keliatan lebih beda gitu lho sama orang-orang yang biasanya. Semua pake blus, saya pake flanel gitu biar keliatan tomboy. Ahh gitulah, pokonya harus jadi yang stand out. Tapi itu dulu, jaman SMP kalo gasalah.

Nah sekarang, saya udah mulai bodo amat lah sama orang. Cape soalnya. Sayang mental saya kalo ngeladenin komen-komennya. 

Mau pake jilbab item biru tiap hari terus disangka nggak ganti, yaudah bodo amat. Orang yang nyuci juga sayaaaa :( Oh ya intermezzo dikit, kadang kalian ngerasa pusing nggak sih denger orang yang kayak apa yaa.. gamau gitu lho pake baju itu-itu aja karena takut dikomen orang dan dikirain bajunya nggak ganti. Soalnya kalo saya denger begitu, pusing banget saya. Mo mninggal  

Intinya, mau disuruh pake begini atau begitu, saya ya pokoknya tetap pakai apa yang saya mau. Karena ketika kita pakai yang kita mau, kita pakai yang kita suka, niscayaaa.. aura yang kita hasilkan tuh lebih ceria gitu. Karena hati kita cocok sama apa yang kita pake. Jadi kita pede sama diri kita, nggak ada yang bikin kita inseshhoorrrrr, terus karena kita bisa jadi diri kita sendiri lewat apa yang kita pakai, jadinya kita sendiri juga nggak banding-bandingin style kita sama orang lain.

Karena style itu sesuatu yang personal. Sesuatu yang cuma kita yang tahu apa yang cocok sama kita. Mungkin orang lain bakal bisa bilang, "Eh coba deh pake ini aja buat kamu kayanya cocok." Misi nih, kan "kayaknya". Ya nggak papa tuh kamu coba aja pake, kalo cocok ya alhamdulillah, kalo belum cocok dan malah bikin kita nggak pede ya.. wasyukurillah. 



Style itu emang penting banget, karena.. munafik kalo orang nggak liat dari fisik. Iya nggak sih? Either kita cantik/ganteng, ya minimal punya style yang keren.
Nah karena saya sadar fisik saya juga yaaaa, pas-pasan. Nggak cantik-cantik amat, pendek banget, dan bodynya nggak sebagus itu, yaudah saya benahin lewat cara saya styling. 

Saya adalah tim yang... mending nggak cakep-cakep amat tapi bisa styling. Soalnya, kan memang biasanya yang cakep itu punya privilege "pake apa aja cocok", tapi bukan berarti kita yang biasa-biasa gitu nggak punya kesempatan untuk "cakep" juga. Menurut saya, bisa styling itu suatu ke-tjakep-an tersendiri. Karena kita jadi bisa ngeliat warna, kita jadi bisa tahu mood kita. Seru kan ya, punya moodboard buat diri kita dalam styling? Wehehehe.



Segitu deh dari saya,

nanti malah 1 page sendiri ini ngomongin style. Oh ya, btw saya dan Sarah punya page yang bisa kalian follow! Kita jualan sih tapi nantinya bakal ada keseruan-keseruan tentang style with insecurities gitu. Yuk follow @styleurinsecurities, kali aja cocok. Hehe.


Cheers!<3


Sunday, 1 November 2020

Day 13 : Favorite Book

Sebelumnyaaa, saya minta maaf karena keterlambatan menulis 30 Days Writing Challenge ini karena ada suatu hal (yang mungkiiin nanti saya ceritakan entah di postingan kapan). 

Jadi, mungkin ini bakal ada pemunduran jadwal kali ya? WKWKW, saya coba tebus hutang-hutang kelubangan saya dalam menulis biar kontinuitasnya masih bisa nyampe dan nggak jauh-jauh amat :'))

Sooo, here we go,

hmm. favorite book ya.


Repot juga ya, karena saya random banget bacaannya. Dulu sukanya selalu cerita fiksi tapi semakin kesini, interestnya ke lainnya juga. Kayak buku-buku motivasi, buku-buku sci-fi, sejarah dan lainnya.

Tapi,

kalo ditanya apa yang paling favorit,

paling ngena gitu deh yaaa,

would beeee..


- Bumi by Tere Liye

- Outliers by Malcolm Gladwell

- satu buku yang saya lupaaa judulnya apa tapi kayaknya Move On, buku Antologi gitu.

- Manusia & Seni, Dick Hartoko.




HEHE.

Kenapa Bumi?

Soalnya ceritanya nggak disangka-sangka bakal serandom itu dari pas awal baca. Kirain bakal fiksi-fiksi seperti kebanyakan gitu kan, tapi ternyata.. fiksinya nggak cuman sekadar fiksi yang punya plot biasa aja.

Terus bahasa yang disajikan sama Tere Liye itu bahasa yang mudah banget dicerna, jadi flow bacanya bisa konstan nggak ada berhenti di salah satu kata gitu untuk menelaah ini maksudnya apa yaa.

Udah gitu, pas baca buku ini, visualisasinya di otak saya jadinya bener-bener bikin merinding banget. Saya nggak tahu itu termasuk kuasa penulisnya atau nggak tapi hebat aja gitu dari tulisan yang dia buat, pembaca bisa memvisualisasikan sesuatu yang.. yaa sebenarnya diluar perkiraan mereka juga. Jadi, kayak dituntun gitu sama kata-katanya, hueehe.


Kenapa Outliers?
Karena dari buku ini jadi bikin saya tahu kalau ada hal-hal logis yang emang kadang nggak bisa dipikir pake logika juga. Terus dari buku ini juga memberi faktor kesuksesan secara matematis gitu, yang manaaa.. lagi-lagi, masih diluar logika juga (keliatannya). Sensasi pas baca buku ini, kaget tapi akhirnya ketagihan gitu soalnya kalkulasinya aneh tapi ada buktinya. Sialannn sialan. :')


Kenapa Move On?
Itu kan buku antologi gitu, tapi cerita-cerita yang dibikin sama penulisnya, luar biasa. Ngena, dan selalu punya ending yang unpredictable. Nggak tahu ya, sesuatu yang unpredictable itu selalu bikin berkesan, apalagi udah unpredictable, nggak happy pula. Beyuhh, sakitnya luar biasa. Ini kan kumcer gitu ya, jadi pasti ada cerita-cerita yang lebih dominan punya rasa buat saya. Tapiii, itu di buku-buku biasanya. Kalo di buku ini, semua cerita-ceritanya luar biasaaaaa banget, bahkan nggak ada cerita yang 'biasa aja'. Saya nangis di 2 cerpen terakhir, sama cerpen yang ke berapa yaa pokoknya masih tengah-tengah gitu. Cengeng anaknya kalo udah kena kata-kata, monmaap:')


Kenapa Manusia & Seninya Dick Hartoko?

Sebenernya itu buku kuliahnya kakak saya sih, terus kenapa kok saya baca ya karena saya kepo aja gitu, hehe.

Buku ini jadi buku favorit karena tipis, tapi banyak yang bisa tak dapet dari sini. Ada bahasan seni menurut Aristoteles, Immanuel Kant, terus silsilah filsuf-filsuf sangar itu, terus sejarah-sejarah seni yang yaaa, waktu saya baca di usia saya yang kalo gasalah 14 tahun deh waktu itu, bisa saya tangkep banget.

Bukunya berkesan soalnya saya langsung bisa ngambil line dari buku itu since the very first page. 


Entah ya, saya selalu ngerasa kalau sangat penting dalam mengambil 1 line dari buku, film, lagu atau apapun deh. Bagus buat konsumsi pikiran & jiwa soalnya. Jadinya, saya coba pertahankan kebiasaan itu.

Dan buku ini ngasih saya line-line yang kalo ditulis tuh, pleasing~~~
Hadeh susah jelasinnya, saya nggak bisa pakai bahasa yang mudah mentransferkan pikiran saya dalam tulisan. Huhu :')


Yaaaa i think that's it, 3 top favorite books (sejauh ini). Entah ada buku-buku apalagi yang nanti bisa menjadi top 3 berikutnya. Kalo buku favoritmu? Apa?

trite

i alw ays won der are The Smiths re ally be honest , for the h e avenly fe e li n gs o f de ad by yo u r sid e. bec ause by on ly seeing ...