Saturday, 10 October 2020

Day 7 : Favorite Movie

 My all time favorite movie will always be ....


AUGUST RUSH.


Saya,

yang punya orang tua yang nggak begitu suka terjun di dunia musik, entah kenapa tiba-tiba bisa cinta banget sama musik. Saya bener-bener menganggap musik sebagai suatu pelarian saya, sebagai media saya untuk menenangkan diri karena bagi saya musik adalah meditasi dan solusi atas semua masalah yang saya hadapi, dan sakit hati yang saya rasakan.


Kalau ditanya, "Kok bisa secinta itu sama musik gara-gara apa?"

Jawabannya...


Ya karena nonton film ini. HEHEHEHE, lebay ya?


Ya gimana, terjadinya kayak gitu. 


Awal saya nonton August Rush adalah gara-gara disuruh sama kakak saya. 

"Dek, coba nonton film ini aja. Filmnya anak ISI, nih.

Itu tahun 2013 awal. Aneh bener emang. Tapi saya ya mau-mau aja. Yaudah tuh saya tonton dong dan..


WOW.


The energy was super amazing! 



Saya tiba-tiba kayak nemuin suatu anugerah gitu lewat film ini. Tiba-tiba langsung pengen bisa main musik dan mencari jati diri serta penemuan-penemuan magis lainnya lewat musik. Padahal, jaman SD saya berkecimpungnya di dunia sastra dan sama sekali nggak tertarik ke dunia musik. Lha wong saya disuruh nyanyi di depan orang aja nangis karena takut & demam panggung. HEHE :( 



Another favorite movie that gives me such an impact is,


Sing Street


Kenapa Sing Street soalnyaaaa

Endingnya asu banget. 

I thought the best movie ending in history belongs to The Breakfast Club but then i found this movie. And to me, this movie has the best ending scene ever!

Terus film ini juga berhasil ngasih vibes lawas ke film yang rilis abad ini. Jalan ceritanya juga seru banget. Rebellious movie that contains friendship, dreams, and love story. Tapi yang paling nggak disangka-sangka ya setelah ending scene, film ini ngasih 1 kata-kata yang ajaib banget.



"For brothers everywhere.."

Disitu tuh kerasa magisnya. Kepo toh? Coba nonton.


Another favorite movieeeee... hmmm, 

Love, Rosie.


Kalau ditanya, favorite romantic movie.... ya saya nggak bisa jawab kalo cuma romantic doang, harus romcom. Karena lebih ngena aja gitu. Romcom satu ini was a magical things for me too.


Mungkin karena saya temenannya sama cowok mulu ya, dan pas nonton ini tuh sedang percaya-percayanya bahwa i'll end up with one of my besties. Dan lewat film ini, terjawab sudah rasa-rasa ke friendzone an itu *uoposihhhh.




Itu kali ya, top 3 nya.

Other favorite movie that should be mentioned, would be :

Thor : Ragnarok, Divergent, Pitch Perfect, 3 Hari Untuk Selamanya dan Filosofi Kopi 2.



Duh sebenernya masih banyak lagi, tapi jadinya mentioning movie that i've already watch dong HEHEHE.


Itu aja siiih yang sejauh ini saya tahu dan masuk ke list.  

Mungkin, ada rekomendasi film buat saya tonton? 

Oh iya, FYI i'm not into horror movies, not at all. Atau mungkin ada saran yang menarik biar saya tertarik into another movie genre that i haven't been into? Komen dong? :(

Friday, 9 October 2020

Day 6 : Single Happy

 May i share my princip of being single to be the intro of this writing? 

It would be :


To me, being happy isn't always being in a relationship.

Hehe.


Saya orangnya nggak terbiasa ada dalam suatu hubungan, karena saya selalu merasa hubungan itu mengikat. Entah larangan untuk ngelakuin ini itu, perbedaan pendapat yang mungkin susah untuk ditolerir. Menurut saya, nggak mudah buat menyatukan dua kepala, memperkenalkan dunia ke satu sama lain dan mengajak untuk mendalaminya bersama, meredam ego satu sama lain agar tidak saling memenangkan argumen masing-masing. Sebenarnya, nggak sulit sih. KALAU ORANGNYA TEPAT.


Nah, itulah mengapa saya merasa single adalah pilihan yang terbaik. Karena dengan menjadi single, kita setidaknya nggak terlalu cepat menyimpulkan seseorang itu memang orang yang tepat bagi kita. Takutnya ntar suatu hubungan dipaksa menjadi tepat hanya karena kita "merasa" seseorang yang ada di samping kita itu orang yang tepat. Iya sih, saya tahu definisi tepat itu pasti berbeda-beda tiap orang karena sama seperti cantik, bagi saya tepat itu relatif.


Untuk mengenal seseorang dan menganggap mereka orang yang tepat bagi saya nggak cukup cuman sebulan, apalagi sehari atau dua hari. Bayangin ajaa, kita membagi dunia kepada orang yang baru saja kita kenal. Sulit pasti. 
Bagi saya, hubungan nggak cuma sekadar memberi tahu, mendengarkan dan excited sama semua-semua dari orang yang kita cinta. 

Tapi, sama-sama memperkenalkan, 

"Ini lho, duniaku. Kalau duniamu gimana?" atau "Ini lho, pandanganku terhadap ini itu. Kalau terhadap ini itu, pandanganmu gimana?"

Karena kalau yang kepo dan ingin tahu cuma salah satu, ya mending nggak usah jadi satu. Single aja. Happy kok.


Single kasihan banget ya, berarti kita nggak laku-laku gitu? Cih, mana ada.

Menurut saya, single tuh lebih seru karena kita bisa lebih fokus sampai benar-benar tahu apa yang benar-benar kita tuju, dan nggak mudah terpaku sama hal-hal yang semu.

Ketika kita bisa menemukan orang yang punya sama mata, sama mulut, sama telinga dan dada & bahu yang kuat untuk menopang jiwa & raga. ASheeGGG~


Single bukan berarti kita sendiri, lho. It will never be like that. Tanpa menjatuhkan pihak yang satunya, saya menganggap single itu tangguh aja karena dia bisa facing everything by themselves. Ada masalah, ya dikelarin sendiri. Nggak terlalu terikat untuk minta saran pacar dan menyelesaikan masalah atas seizin pacar. 


Single happy, ya karena.. permasalahannya yang dihadapi bakal lebih besar dari sekadar ruang lingkup dua kepala yang biasanya bikin lupa segala. Single happy karena mental bakal lebih terjaga, lebih stabil.

Single nggak punya sumber atensi? Salah besar.


Kenapa saya bilang single lebih happy ya karena atensinya nggak terpusat pada satu orang ; pasangan. Atensinya bisa darimana aja dan we can count it in more supportive & positive way. Bayangin kalau pacaran yang dipermasalahin kadang kan, "Eh.. kamu kok nggak perhatian sih? Aku nih pacarmu, lho." Beda kalo single. Yang keluar dari pikiran juga, "Eh.. gila! Makasih loh ya, kamu udah perhatian ke aku." 

Ya itu yang bikin happy. Kita bisa punya perspeksi yang lebih positif kepada semua hal. Nggak terbiasa minta lebih akan hal yang datang dalam hidup. Nggak pernah merasa kurang atas apapun yang datang walaupun mungkin tanpa permisi.

Single happy karena..

Nggak perlu ada permasalahan kalau salah satu lua waktu untuk saling beri kabar. Nggak perlu ada perdebatan ini itu kalau salah satu gendutan atau kurusan. Nggak perlu ada masalah untuk saling menjatuhkan terhadap sesama manusia hanya karena ada rasa cemburu ini itu. Nggak perlu ada masalah nggak bisa nyempetin waktu karena yang paling berharga ya ketemu sama siapapun itu. Hihi.

Saya nggak bilang yang pacaran itu lemah ya.

Saya justru salut, soalnya mereka bisa dalam hubungan yang saling jaga hati, jaga pikiran dan memberdirikan apa-apa yang beda pada awalnya.

Saya salut banget mereka bisa menahan ego dan milih untuk mengalah di saat yang tepat. Saya belum bisa. 

Eh, bisa deng. 

Tapi kayaknya waktu itu orangnya nggak tepat, dan saya nggak mau kalau dalam suatu hubungan saya doang yang dominan. Saya sadar saya orangnya expecting banget, bahkan demanding. Makanya, kalau saya nemu partner yang nggak tepat, saya malah jadinya suka kacau hatinya karena saya ngerasa mereka punya hutang sama ekspektasi saya, dan akhirnya sakit sendiri karena tahu mereka nggak bisa menuhin itu.

Bisa nerima, bisa.

Tapi, kalau dipaksain, ya buat apa? Sakit sendiri.

Mending single terus, 

terus dapetnya yang tepat sekalian. Sampe-sampe bikin saya sungkan buat expecting atau bahkan demanding. WKWKWK~

Makanya kenapa saya single & happy,

ya soalnya saya terlalu alpha, 

dan mungkin nggak bisa kalau terlalu lama sama orang-orang yang beta/omega. Saya tetep single and happy deh, sampe saya bisa nemu yang lebih alpha dari saya. Nggak tahu kapan tapi, HEHE~

Ditunggu aja, sekarang saya masih happy dan fine kok being single~


Cheers<3


Thursday, 8 October 2020

what's love?

when you called it love,

may you ask yourself

is it love,

or is it something else?


because sometimes you don't know

that you're not in love,




you're just obsessed.


Day 5 : My Parents

 First and foremost, i just wanna say, 

"Welcome to my family!", where rock n roll happens here and rules are crazily out of mind because we successfully create our own standart! (whoooaa, intro yang dahsyat juga Nad)




Gimana enggak, orang tua saya kerennya luar biasa dan bagus banget dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua saya, bukan orang tua yang menyuruh anaknya untuk jadi ini itu sesuai kemauannya. Orang tua saya, bukan orang tua yang menjadikan anaknya akses atas rasa idealisnya dalam mengejar mimpi-mimpinya (yang tertunda/gagal) dulu.


Pernah dulu saya melihat realita yang cukup menyakitkan bagi saya ketika teman saya tidak bisa menjalani mimpinya untuk menjadi seniman karena ia diminta untuk menjadi budak korporat seperti keinginan Ayahnya dulu, padahal Ayahnya kini menjadi pebisnis. Kan, tragis.

Mimpi-mimpi siapa, yang disuruh jadi penggapai siapa. 


Satu-satunya hal yang bikin saya malu kalau ingin menyerah dalam mengejar mimpi saya adalah orang tua saya. Lha piye, sudah dikasih orang tua yang seasyik itu, sememperbolehkan itu atas apapun mimpimu, masa masih mau nyerah aja?

Banyak teman-teman yang struggling diluar sana dan terhambat dunianya karena keinginannya yang seolah tak diberi jalan.


Orang tua saya juga orang tua yang cukup humoris. Bercandaannya kadang nggak jelas, apalagi bapak saya. Udah bapak2id banget.

Tapi kalau Ibu saya,

wooh..

bahasa Jawanya itu gak karu-karuan dan urakan. 


Bercandaan sama Ibu saya udah berasa kayak bercandaan sama sahabat sendiri. Sampai-sampai kalau saya nggak bisa ngontrol ketawa saya sama Ibu saya, saya bakal ditegur habis-habisan soalnya Bapak saya merasa kebisingan.


Ini nih, part yang paling berat buat diomongin.

Orang tua saya, juga orang tua yang romantis.  Anak-anaknya? Beuuuuh, kisah cintanya aja pada kandas. Lha kok pulang-pulang, orang tua saya pacaraaaaan mulu. Gowes pagi-pagi lah, terus pergi ke daerah atas Mojokerto berdua sore-sore lah, dan lainnya. 

Saya sama kakak saya ngerasa iri banget. Ya gimana ya,


kenapa nggak kita aja sih yang harusnya bisa bermesraan sama pacar? Hhhfhff.


Orang tua saya juga team yang baik dalam menyelesaikan permasalahan. Tiap ada masalah, semisal ada salah satu yang egois, ya salah satu bisa ngalah dan berani menunjukkan sikap untuk minta maaf. 

Saya mungkin nggak diajarin secara langsung sama mereka gimana caranya minta maaf, punya rasa bersalah, atau mengalah dalam suatu perdebatan. Tapi, dari cara mereka bersikap, saya seolah dikasih silabus buat berkemanusiaan. Asheeg~


Orang tua saya bener-bener dua arah banget, apalagi di usia saya & kakak saya yang lagi idealis-idealisnya ini. Cara mereka memberi tahu kami bahwa idealisnya kita ini nggak bisa ngasih kita makan itu perlahan-lahan dan nggak mentah-mentah. Jadi, kita masih bisa enjoy the moment yang kita dapet di usia segini, tapi perlahan-lahan wejangan juga tetap jalan. Mereka membiarkan kita mau melangkahnya darimana, secepat apa, dan rehat dimana. Yang jelas, mereka nggak henti-hentinya ngasih pesan, "Hati-hati, dan jangan sampai tersesat." Lebih-lebih mungkin mereka kasih wejangan yang ibaratnya, "Kalau nggak tahu jalan, tanya orang sekitar.. kalau nggak pake maps." Itu bisa banget sih diimplikasikan ke hidup soal pencapaian-pencapaian yang kita pengen.


Orang tua saya juga tahu nakal-nakalnya anak-anaknya ini sampai mana. Saya yang memilih buat terbuka, terutama sama Ibu saya. Saya jujur ke beliau kalau saya ngudud, saya jujur kalau saya minum dan emang hobi pulang malem karena suka ngopi dan ngerjain kerjaan diluar, adaaa aja pokoknya kerjaan. Untuk kenakalan-kenakalan lebih lanjutnya, yang jelas saya juga bakal laporan ke kedua orang tua saya. Biar mereka juga tahu, dan saya juga punya rem untuk diri sendiri karena keinget mereka terus. Takutnya, keluar dari rumah malah menjadikan saya salah kaprah dan los dol rem blong karena nggak bisa berani terbuka ke orang tua.


Saya yakin, orang tua saya pasti nggak sekali atau dua kali kecewa sama anaknya. Saya yakin pula, orang tua saya juga nggak jarang merasa bangga karena punya saya & kakak saya. Tapi, saya & kakak saya yakin.. dari waktu-waktu yang masih ada dan tersisa buat kita semua kedepannya, saya & kakak saya bakal bisa bikin mereka lebih bangga, lebih-lebih ajak mereka keliling dunia dan transfer tiap hari lewat rekening BCA.

Semoga, ya?






Wednesday, 7 October 2020

Day 4 : Places You Want To Visit

 There's a lot of places that i want to visit, actually.

Tapi, kalo udah liat 1 kalimat itu,

rasanya yang popped up di pikiran itu :


1. Italy

Kenapa Italia.....soalnya ada Davidnya Michelangelo. HEHE~


Iya, tapi bener. Sebelum saya bener-bener meninggalkan dunia yang gak karu-karuan ini, saya pengen diem dan mantengin David di dalem Accademia Gallery. Gatau gimana caranya, pasti bisa.

Nanti bonus juga mau lihat lainnya yang punya Botticelli sama Da Vinci, Aaaamiiinn.




2. Oia



Jadi, waktu lockdown (kira-kira bulan April awal) dirumah, Bapak sering banget tiba-tiba muter video travelling di Youtube dan ditayangin ke TV. Jadinya, ketonton deh sama saya. Terus kalo abis nonton suatu video gitu kan yang keputer selanjutnya adalah video-video sejenis, nah.. tiba-tiba ada tuh video travelling ke suatu tempat namanya Oia.

Pas dilirik, kok asik gini. Akhirnya, saya yang tadinya nonton cuma dari kursi meja makan, langsung pindah ke sofa depan TV biar bisa fokus nontonnya. Abis, baru tahu kalau ada tempat namanya Oia di Yunani, dan langsung dimasukin wishlist tempat yang harus dituju sebelum tiada.



3. New Zealand


New Zealand ini sudah jadi negara destinasi untuk melanjutkan pendidikan atau bahkan tinggal disana. Awalnya sebenernya cuma gara-gara liat Mbak Rara, kenapa sih kok kuliahnya ke New Zealand? Terus mencari tahu tuh dulu, sampe bener-bener jadi mimpi banget deh pokoknya untuk kuliah di NZ, terutama Wellington kalo nggak Queenstown. Sampe-sampe dulu tuh ngeprint foto Wellington banyak banget terus ditempelin di kamar biar semangat. Kita lihat nanti deh ya, bisa nggak tuh mimpi buat kuliah disana kesampean. WKWKW bismillah~



4. Finland

Sebelum NZ, negara idaman yang pengen dijadiin tempat tinggal adalah Finland. Awalnya sesederhana gara-gara pengen banget bisa lihat aurora kalau tinggal disana, soalnya.. mimpi buat lihat aurora udah ada sejak SD. Nah, pasti bakal asik tuh tinggal disana, bisa lihat aurora~


Apalagi, abis dengerin lagunya mbak Heidi - Soon Finland yang on repeat banget jaman SMA dulu. Rasanya langsung pengen cepet-cepet ambil koper terus pindah. WKWKWK ngga doooong lo kira segampang ituuuh?



5. Ubud

Udah, ini mentok bener-bener mentok kalo emang ternyata nggak bisa settle di luar negeri. Yaudah, di dalem negeri aja tinggalnya. Tapi, maunya Ubud. Hueeee #maksa.

Kenapa ya? 

Soalnyaaa..



Ijo aja gitu. 

Terus adem juga kan :")

Sebenernya, nyaman dan lain sebagainya, Jogja masih juaranya. Ya mungkin karena saya kan lamanya di Jogja, belum in relationship sama Ubud. 

Doain ya, rencananya entah kapan, mau pdkt sama Ubud. Kali aja bisa deket beneran. Soalnya kalo pdkt ke Ubud itu bakal serius dijadiin rumah, bukan cuma tempat singgah. Alalalaah~


Kalo kalian,

places that you want to visit, mana aja?


:) 

trite

i alw ays won der are The Smiths re ally be honest , for the h e avenly fe e li n gs o f de ad by yo u r sid e. bec ause by on ly seeing ...