Thursday, 8 October 2020

Day 5 : My Parents

 First and foremost, i just wanna say, 

"Welcome to my family!", where rock n roll happens here and rules are crazily out of mind because we successfully create our own standart! (whoooaa, intro yang dahsyat juga Nad)




Gimana enggak, orang tua saya kerennya luar biasa dan bagus banget dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua saya, bukan orang tua yang menyuruh anaknya untuk jadi ini itu sesuai kemauannya. Orang tua saya, bukan orang tua yang menjadikan anaknya akses atas rasa idealisnya dalam mengejar mimpi-mimpinya (yang tertunda/gagal) dulu.


Pernah dulu saya melihat realita yang cukup menyakitkan bagi saya ketika teman saya tidak bisa menjalani mimpinya untuk menjadi seniman karena ia diminta untuk menjadi budak korporat seperti keinginan Ayahnya dulu, padahal Ayahnya kini menjadi pebisnis. Kan, tragis.

Mimpi-mimpi siapa, yang disuruh jadi penggapai siapa. 


Satu-satunya hal yang bikin saya malu kalau ingin menyerah dalam mengejar mimpi saya adalah orang tua saya. Lha piye, sudah dikasih orang tua yang seasyik itu, sememperbolehkan itu atas apapun mimpimu, masa masih mau nyerah aja?

Banyak teman-teman yang struggling diluar sana dan terhambat dunianya karena keinginannya yang seolah tak diberi jalan.


Orang tua saya juga orang tua yang cukup humoris. Bercandaannya kadang nggak jelas, apalagi bapak saya. Udah bapak2id banget.

Tapi kalau Ibu saya,

wooh..

bahasa Jawanya itu gak karu-karuan dan urakan. 


Bercandaan sama Ibu saya udah berasa kayak bercandaan sama sahabat sendiri. Sampai-sampai kalau saya nggak bisa ngontrol ketawa saya sama Ibu saya, saya bakal ditegur habis-habisan soalnya Bapak saya merasa kebisingan.


Ini nih, part yang paling berat buat diomongin.

Orang tua saya, juga orang tua yang romantis.  Anak-anaknya? Beuuuuh, kisah cintanya aja pada kandas. Lha kok pulang-pulang, orang tua saya pacaraaaaan mulu. Gowes pagi-pagi lah, terus pergi ke daerah atas Mojokerto berdua sore-sore lah, dan lainnya. 

Saya sama kakak saya ngerasa iri banget. Ya gimana ya,


kenapa nggak kita aja sih yang harusnya bisa bermesraan sama pacar? Hhhfhff.


Orang tua saya juga team yang baik dalam menyelesaikan permasalahan. Tiap ada masalah, semisal ada salah satu yang egois, ya salah satu bisa ngalah dan berani menunjukkan sikap untuk minta maaf. 

Saya mungkin nggak diajarin secara langsung sama mereka gimana caranya minta maaf, punya rasa bersalah, atau mengalah dalam suatu perdebatan. Tapi, dari cara mereka bersikap, saya seolah dikasih silabus buat berkemanusiaan. Asheeg~


Orang tua saya bener-bener dua arah banget, apalagi di usia saya & kakak saya yang lagi idealis-idealisnya ini. Cara mereka memberi tahu kami bahwa idealisnya kita ini nggak bisa ngasih kita makan itu perlahan-lahan dan nggak mentah-mentah. Jadi, kita masih bisa enjoy the moment yang kita dapet di usia segini, tapi perlahan-lahan wejangan juga tetap jalan. Mereka membiarkan kita mau melangkahnya darimana, secepat apa, dan rehat dimana. Yang jelas, mereka nggak henti-hentinya ngasih pesan, "Hati-hati, dan jangan sampai tersesat." Lebih-lebih mungkin mereka kasih wejangan yang ibaratnya, "Kalau nggak tahu jalan, tanya orang sekitar.. kalau nggak pake maps." Itu bisa banget sih diimplikasikan ke hidup soal pencapaian-pencapaian yang kita pengen.


Orang tua saya juga tahu nakal-nakalnya anak-anaknya ini sampai mana. Saya yang memilih buat terbuka, terutama sama Ibu saya. Saya jujur ke beliau kalau saya ngudud, saya jujur kalau saya minum dan emang hobi pulang malem karena suka ngopi dan ngerjain kerjaan diluar, adaaa aja pokoknya kerjaan. Untuk kenakalan-kenakalan lebih lanjutnya, yang jelas saya juga bakal laporan ke kedua orang tua saya. Biar mereka juga tahu, dan saya juga punya rem untuk diri sendiri karena keinget mereka terus. Takutnya, keluar dari rumah malah menjadikan saya salah kaprah dan los dol rem blong karena nggak bisa berani terbuka ke orang tua.


Saya yakin, orang tua saya pasti nggak sekali atau dua kali kecewa sama anaknya. Saya yakin pula, orang tua saya juga nggak jarang merasa bangga karena punya saya & kakak saya. Tapi, saya & kakak saya yakin.. dari waktu-waktu yang masih ada dan tersisa buat kita semua kedepannya, saya & kakak saya bakal bisa bikin mereka lebih bangga, lebih-lebih ajak mereka keliling dunia dan transfer tiap hari lewat rekening BCA.

Semoga, ya?






Wednesday, 7 October 2020

Day 4 : Places You Want To Visit

 There's a lot of places that i want to visit, actually.

Tapi, kalo udah liat 1 kalimat itu,

rasanya yang popped up di pikiran itu :


1. Italy

Kenapa Italia.....soalnya ada Davidnya Michelangelo. HEHE~


Iya, tapi bener. Sebelum saya bener-bener meninggalkan dunia yang gak karu-karuan ini, saya pengen diem dan mantengin David di dalem Accademia Gallery. Gatau gimana caranya, pasti bisa.

Nanti bonus juga mau lihat lainnya yang punya Botticelli sama Da Vinci, Aaaamiiinn.




2. Oia



Jadi, waktu lockdown (kira-kira bulan April awal) dirumah, Bapak sering banget tiba-tiba muter video travelling di Youtube dan ditayangin ke TV. Jadinya, ketonton deh sama saya. Terus kalo abis nonton suatu video gitu kan yang keputer selanjutnya adalah video-video sejenis, nah.. tiba-tiba ada tuh video travelling ke suatu tempat namanya Oia.

Pas dilirik, kok asik gini. Akhirnya, saya yang tadinya nonton cuma dari kursi meja makan, langsung pindah ke sofa depan TV biar bisa fokus nontonnya. Abis, baru tahu kalau ada tempat namanya Oia di Yunani, dan langsung dimasukin wishlist tempat yang harus dituju sebelum tiada.



3. New Zealand


New Zealand ini sudah jadi negara destinasi untuk melanjutkan pendidikan atau bahkan tinggal disana. Awalnya sebenernya cuma gara-gara liat Mbak Rara, kenapa sih kok kuliahnya ke New Zealand? Terus mencari tahu tuh dulu, sampe bener-bener jadi mimpi banget deh pokoknya untuk kuliah di NZ, terutama Wellington kalo nggak Queenstown. Sampe-sampe dulu tuh ngeprint foto Wellington banyak banget terus ditempelin di kamar biar semangat. Kita lihat nanti deh ya, bisa nggak tuh mimpi buat kuliah disana kesampean. WKWKW bismillah~



4. Finland

Sebelum NZ, negara idaman yang pengen dijadiin tempat tinggal adalah Finland. Awalnya sesederhana gara-gara pengen banget bisa lihat aurora kalau tinggal disana, soalnya.. mimpi buat lihat aurora udah ada sejak SD. Nah, pasti bakal asik tuh tinggal disana, bisa lihat aurora~


Apalagi, abis dengerin lagunya mbak Heidi - Soon Finland yang on repeat banget jaman SMA dulu. Rasanya langsung pengen cepet-cepet ambil koper terus pindah. WKWKWK ngga doooong lo kira segampang ituuuh?



5. Ubud

Udah, ini mentok bener-bener mentok kalo emang ternyata nggak bisa settle di luar negeri. Yaudah, di dalem negeri aja tinggalnya. Tapi, maunya Ubud. Hueeee #maksa.

Kenapa ya? 

Soalnyaaa..



Ijo aja gitu. 

Terus adem juga kan :")

Sebenernya, nyaman dan lain sebagainya, Jogja masih juaranya. Ya mungkin karena saya kan lamanya di Jogja, belum in relationship sama Ubud. 

Doain ya, rencananya entah kapan, mau pdkt sama Ubud. Kali aja bisa deket beneran. Soalnya kalo pdkt ke Ubud itu bakal serius dijadiin rumah, bukan cuma tempat singgah. Alalalaah~


Kalo kalian,

places that you want to visit, mana aja?


:) 

Tuesday, 6 October 2020

Day 3 : A Memory

A memory, huh?

It was March 5th, 2014. 



When i hit the bottom,

when i found out that life could hit you at your finest,

when life taught you things even when you're not ready,

when days are went amazing but in the night you're just crying all over the same things & continued for 5 months,

when life taught you to see the different side in everything..

when you realized, life isn't about a good memory,

but a beautiful tragedy.



A memory, huh?

It was July 4th, 2014.



When it is not only an independence day of America,

but it is also an independance day in my life.

When you already free from everything that holds your breath,

when you can totally see everything clearly,

when all you do every night isn't crying but thanking God that you still survived till the day you think you're not.



A memory, huh?

It was January, 17th, 2017.

When i'm totally fucked up because of my own mistakes.

When almost everyone see me as 'black'.

When i'm always looking down and faking my happiness just to survive

when i really didn't want to go to school because it such a pressure,

when i need to help myself to get up

and prove to them all that they should see my white even it is just a dot in my black pages.



A memory, huh?

It was August, 5th, 2017.

When i'm going to my very first concert with my friends and didn't expect that it would be this addictive.

When i didn't care about everything but music & dreams.

When my playlist in Spotify knows me better than a human.

When all i see is happiness in the crowd,

when i see harmony in every steps i take.

It was a good memory,

a very very good memory till all i want to do is going back to that day if i could.





A memory, huh?

It was February, 16th, 2018.



When heartbreak is created by the postponed concert of your favorite band,

when everything is out of hand,

when all you can do is nothing but expecting nothing while you hurt inside & outside

When the train that supposed to free the curiosity, turns out to be the train that go home with cold reality.




A memory, huh?

It was September, 18th, 2019.



When you do the first thing that changes your life so much,

give impact so much in your life that you really grateful for that day.

When you feel the air is so much breathable with a thing called.. 

cigarettes.



A memory, huh?

It was December, 3rd, 2019.



When you have the best day with your friends

in the day you thought it wouldn't be that great.

The day you can finally run from side to side of the beach,

blaming life but still thanking for it.



A memory, huh?

It was April, 13th, 2020.



My friends said, "Find a place in this little town so that you think you should always coming back home."

I finally found a reason to always remember my home,

to always go back here,

but its not a place.

Its the people.



A memory, huh?

It was May, 23rd, 2020.



I thought i couldn't be hurt harder in love,

but starting from this date till July 27th,

i realized that.. i still have hearts that could hurted anytime even when i didn't want to.

Unpredictably hurting and deadly beautiful.

But.. hey,

i survived.




A memory, huh?

It was the beginning of this month.



When you have your homies around,

when you know them better by spending time less than a week.

When you so sure that you're right about home,

that it is not a place but its still and always be the people.



-



There will be a lot of upcoming memories, 

when everything feels so long,

a moment of ups and downs,

suprises that came with no hello,

many people that comes and goes,

and everything that happens with no intro & ending.

but..

at least,

remember that it will be lasts,

it will grow us to be a better human,

it will built us into a beautiful creature in this damn cold world.



mark my words.

<3




Monday, 5 October 2020

Day 2 : Things That Makes You Happy

Kebahagiaan itu apa sih?
Yaaa,
kesenangan.
Tapi lebih longlast, lebih langgeng, dan nggak temporary. 

Things that makes me happy?
Is.. seeing other people happy.

Entah kenapa, saya selalu merasa kalau melihat orang lain bahagia, saya ikut bahagia juga. Walau terkadang (lebih banyak seringnya sih), saya yang harus merasakan lara. Tapi, entahlah. Melihat orang lain bahagia selalu bikin saya punya energi besar untuk memulai sesuatu yang lebih berat lagi, entah apapun itu. Tapi, kalau perihal melihat orang lain bahagia, yang sering terjadi sih di kisah cinta saya. Duh, mesakke ya? Tapi, yowislah rapopo.


Things that makes me happy,
adalah bisa mencoba sesuatu yang dianggap nggak baik sama orang banyak tapi saya bisa memaknai hal baik dari hal tersebut. Jujur, saya nggak percaya kalau hal-hal itu nggak ada baiknya sama sekali. Benar salah itu relatif menurut saya. Kalau ada orang yang menganggap seseorang itu... maaf, "pelacur", saya lebih milih temenan sama mereka aja biar saya nggak cuma lihat mereka dinamai sama orang-orang sehina itu. Kalau ada orang menilai nongkrong di pinggiran sungai atau di slum area itu kampung, norak, duh.. saya mending coba nongkrong disana dulu baru menilai bener nggak sih maknanya sesuai sama namanya (yang dinamai sama orang-orang sehingga punya arti yang beda). 

Ah, sial. I think there'll be too much things that makes me happy! Terlalu mendefinisikan nggak asik juga, ya? Well, i'd rather mention things that makes me happy in one sentence aja deh~


Things that makes me happy is..
Bisa keliling naik motor di Jogjakarta dari jam 4 sampe setengah 6 sore sambil dengerin musik.
Bisa bikin playlist di Spotify yang ternyata dinikmati sama orang lain.
Bisa baca buku sampai lupa waktu.
Bisa nulis walaupun awalnya sedang nggak mood.
Bisa bikin lagu dan banjir inspirasi sampai-sampai lagunya kelar dalam satu hari.
Bisa dikasih kepercayaan untuk jadi pendengar & pemberi solusi.
Bisa (tiba-tiba) bangun jam 3 pagi buat tahajud.
Bisa ngaji dua lembar tiap habis sholat fardhu (tapi sumpaaaaah susah banget kalo yang ini, sialan)
Bisa bikin kucing langsung nempel & manja walau baru pertama kali ketemu.
Bisa punya momen minum seru sama temen-temen.
Bisa movie maraton kayak Sarah & Andre karena.. nonton film secara berturut-turut itu suliiit banget :(
Bisa jalan-jalan ke art gallery tanpa ngerasa shumuuuk Gustiii :( 
Bisa ngomongin musik secara lirik, notasi dan sejarahnya sama orang yang paham tapi nggak self-centered.
Bisa ngerokok cuman 2 batang sehari.
Bisa nahan diri untuk nggak confess ke orang yang kusayang cs i doo too much confessing feelings in the past year and i need to stop that hahaha.
Bisa nyore di ujung-ujung kota Mojokerto sambil makan mie ayam & es good day freeze kalo nggak ya nutrisari jeruk nipis aja.
Bisa dipuji masakannya sama Ibu dan Maldy. Bapak nggak soalnya udah pasti suka & lahap, MWEHEHE.
Bisa nawar harga sampe yang paling pas waktu ngethrift.
Bisa dapet buku bagus di Pasar Senthir!
Bisa temenan & sahabatan sama Ibu, soalnya beliau seru!
Bisa nggak makan daging selama seminggu.
Bisa bangun subuh & melihat sunrise ke tempat-tempat indah.
Bisa ngobrol sama orang baru di angkringan.
Bisa dicariin sama Mbak-Mbak Padmur & Bapak Angkringan
dan masih banyak lagi!!!

Oh, dan bisa nulis hal-hal diatas tanpa mikir. Natural banget deh itu pokoknya, wkwkw~


Saya rasa..
kebahagiaan itu bisa dari hal yang kecil, sampai hal yang besar. 
Bahkan terkadang, kita sering lupa kalau kebahagiaan itu nggak cuma soal menghitung apa-apa yang kita ingin, atas teruwujudnya tulisan-tulisan di wishlist yang nggak sabar ingin dicoret. Tapi, menurut saya... kebahagiaan itu sesuatu yang intim. Sesuatu yang cuma kita yang tau karena cuma kita yang ngerasain & nyadarin kebahagiaan itu tanpa perlu khawatir orang lain bisa bahagia karena hal ini nggak ya? 
As long as you're happy, even from a little things, count them in. 
Supaya jadi pribadi yang lebih baik, dan nggak ribet mikir tiap malem di kasur sambil bilang,
"Kok.. gue nggak bahagia-bahagia, ya?"


Hey,
kamu bukannya nggak bahagia,
kamu cuma belum sadar kalau kamu bahagia.

Ingat ini, 
Bahagia, itu bukan soal mewujudkan apa-apa yang ada di kepala,
tetapi bahagia itu soal membuka mata dan mensyukuri atas apa yang sudah ada.




Cheers!

Sunday, 4 October 2020

Day 1 : Describing Personality

Describing personality?


Hm, one word that suits will probably 'renegade'.

Entah mengapa tapi kalau saya telisik dan saya ingat-ingat lebih dalam lagi, dari kecil saya emang sudah "mbangkang" di setiap celah apapun yang saya temu dan kebawa sampe sekarang. Kalau lihat suatu aturan tuh rasanya selalu saya cari celahnya, dicari longgarnya, dilanggar dan bikin aturan baru. Nggak tahu ya, apa mungkin karena saya percaya kalau dalam suatu sistem pasti selalu ada cacatnya? Hehe. Jadi inget jaman SMP kalau sekolah harus pakai atribut rapih, dasi dipasang dan lainnya, saa lebih milih sweateran selama di kelas, biar gaya aja sebenernya. Tapi rasanya... beuhh, satisfying.


Saya selalu ingin jadi sorotan..... dulu.

Kalau saya cari tahu kenapa, kayaknya yaaa.. karena saya pernah jadi minoritas dan mungkin cara agar saya bisa dipandang adalah dengan stand out dan jadi beda.

Saya berusaha ngelawan standart-standart karena saya percaya kalau kita punya warna yang beda dari hitam putihnya dunia, kita lebih mempesona dan memikat mata.

Awalnya saya dulu nggak suka kalau dikatain, 


"Cewek tuh harus bersikap gini, 

pakai ini, 

dengerin kayak gini,

bercita-cita seperti ini."


 Hash, bodo amat. Lama-lama juga ternyata mereka niruin apa yang saya pakai kok. HEHE.


Tapi itu dulu, sampai akhirnya saya sudah makin tahu, makin bertambah umurnya tapi nggak tinggi badannya  menemukan betapa asyiknya menjadi man behind ketimbang jadi front man. Jadi, 'saya yang sekarang' adalah saya yang ......udahlah, mending nggak kelihatan aja sama orang-orang tapi tetep livin the life that i want. Asheg~

   

    Saya juga orangnya sangat mencintai tragedi, dan membiasakan diri untuk terbiasa dengan hal-hal yang menyedihkan dalam hidup. Hehe. Aneh, ya? Tapi sumpah beneran deh. Terhadap hal-hal yang menyedihkan, saya selalu menganggap ada hal baik yang datang setelahnya. Satu tragedi paling besar dalam hidup saya mengajarkan saya banyak hal dan membuat saya percaya perihal yin yang dan wu wei. Jadi tuh, tiap saya dapet hal yang menyedihkan dalam hidup, yaudah saya tangisin. Abis nangis, saya selalu pasang kepercayaan bahwa there's something better after this, don't fall too hard but don't get up early either. Enjoy the worst part in the downs. Sebaliknya pula, kalau ada hal yang membahagiakan, yaudah saya nikmatin saat itu aja. Saya nggak mau membunuh diri saya sendiri dengan tenggelam dalam kebahagiaan yang fana karena there must be downs after ups, and the otherwise. Because, life is a rollercoaster, isn't it? Hehe.


 Its hard to say this but honestly... i'm a good talker & good listener. Dengerin cerita orang adalah bagian dari hobi saya sejak masih SD. Kalau ada temen saya curhat, selalu saya prioritasin daripada apapun. Saya selalu ngerasa kalau udah bisa dengerin masalah orang, terus kasih wejangan ke mereka dan bantu mereka kasih solusi itu bijaksana banget. Dan jaman kecil, siapa sih yang kepikiran buat jadi orang bijaksana kayak orang dewasa? Wkwk, jarang. Kembali lagi, saya pengen stand out, pengen punya jobdesc yang paling beda hehehe. Ya akhirnya, menjadi beda dengan bersikap bijaksana adalah pilihan saya saat itu. Halah halah~ Nah, karena hobinya saya ngasih solusi, mungkin itu juga yang secara nggak langsung ngebikin saya menjadi good talker. Tapi tetep aja, kalo disuruh presentasi, begejekan mulu. Suka nggak tahu tempat kadang :(


Oh! Saya juga orangnya "ngikutin kata hati" banget! Sebenernya cuma gara-gara kakak saya dulu yang pernah kasih 1 kata-kata buat bekal saya mengejar mimpi saya,

               

"Pokoknya.. do what you love, sampe nanti kamu pas kerja bisa bilang you love what you do."


 Itu deh, yang berhasil ngebikin saya benar-benar masih idealis (apalagi di usia segini kan) soal mimpi, dan ngotot gimana caranya saya pokoknya bisa bekerja sesuai hati saya maunya apa. Banyak yang bilang kan, realistis aja jadi manusia soalnya ntar kalo ngikutin kata hati mah, nggak makan berhari-hari. Bener sih....... tapi... coba dulu deh, kan saya pembangkang. HEHE~


Kalo di recap, boleh jadi saya ini bunglon. Tapi protagonis. 

    Bunglon kan mimikri tuh, gampang berbaur deh dimana aja bahkan di lingkungan baru. Tapi, saya nggak maksain terus sok asik gitu ya. Duh nggak, dan jangan :( Kenapa protagonis soalnya walau saya gampang berubah-ubah warna, tapi konotasinya positif aja, bisa berbaur itu tadi. Bukannya berubah-rubah warna, gampang nempel dimana aja tapi parasit. Saya bunglon, bukan benalu~~ 

    Tapi dewasa ini, kayaknya saya udah kehabisan energi buat menanam lagi. Saya pengen menuai apa-apa yang dulu udah saya tanam aja, deh. Punya teman secuckupnya tapi loyal aja, karena percuma tuh banyak kalau nggak supportif terus malah menjatuhkan. Ngomong seperlunya aja, karena ternyata silence is gold, pun juga nggak sepenuhnya bicara itu harus selalu pakai kata-kata sih, kalau menurut saya. Mendengar dan memberi solusi ketika dibutuhkan dan dapet panggilan aja, karena sakit banget rasanya ketika kita panggil-panggil mereka saat kita jatuh, tapi mereka nggak ngangkat. HEHE, di silent kali ya, sialan.


Yaaah, gitu deh. 

Kayaknya banyak bener ya tulisan saya soal personality? Jadi ngerasa self-centered banget, ah. 
Udah intinya, personality itu nggak bisa mutlak kalo menurut saya.

Soalnya, stages in life kan berubah-ubah tuh, dan kita nih nggak tahu kita ini akan berhenti di titik mana untuk punya personality yang seperti apa.

Toh, 

the writings above is based on how i see myself, kan. It should be different if i get known by anyone else. 

Jadi, 

kalau mau menilai saya,

yukkk ketemu aja!

Ngopi & ngobrol.








Jam 2 malem keatas aja tapi,


saya jujur-jujurnya jam segituan soalnya, hehe.






Cheers!

trite

i alw ays won der are The Smiths re ally be honest , for the h e avenly fe e li n gs o f de ad by yo u r sid e. bec ause by on ly seeing ...